Timika (ANTARA News) - PT Freeport Indonesia tahun ini tetap memberikan dukungan penuh bagi Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat asli tujuh suku di Kabupaten Mimika, Papua.

Wakil Sekretaris Eksekutif III LPMAK, Yohanis Arwakon di Timika, Kamis mengatakan tiga program utama LPMAK yaitu di bidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat tetap berjalan sesuai perencanaan.

Untuk menjalankan tiga program tersebut, katanya, LPMAK tetap mendapat dukungan penuh dari PT Freeport dalam hal dukungan pendanaan yang bersumber dari dana kemitraan.

"Pelaksanaan teknis tiga program utama LPMAK tahun ini tetap berjalan sesuai perencanaan. Kita tetap mendapat suport dari PT Freeport sebagai donatur," kata Arwakon.

Arwakon mengatakan, penetapan anggaran untuk mendukung pelaksanaan tiga program utama LPMAK dan program-program pendukung lainnya telah mendapat persetujuan dari Badan Musyawarah (Banmus) LPMAK.

Mengenai berapa besar alokasi dana kemitraan dari PT Freeport yang dikelola LPMAK tahun 2012, Arwakon mengatakan hal itu merupakan kewenangan Sekretaris Eksekutif LPMAK, Emanuel Kemong untuk memaparkannya.

"Kalau soal itu, silahkan tanyakan langsung ke Sekretaris Eksekutif," tuturnya.

Tahun 2010, LPMAK mengelola dana kemitraan dari PT Freeport sekitar Rp400 miliar. Dana tersebut dimanfaatkan untuk mendukung tiga program utama yaitu kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Program kesehatan menyerap anggaran sekitar 45 persen, program pendidikan menyerap anggaran sekitar 30 persen dan pemberdayaan ekonomi menyerap anggaran sekitar 15 persen. Sisa dana dialokasikan untuk program-program pendukung lainnya termasuk penguatan lembaga adat, lembaga agama dan lainnya.

Alokasi dana kemitraan dari PT Freeport Indonesia pada tahun 2012 ke LPMAK dikhawatirkan akan berkurang karena pada 2011 PT Freeport sempat tidak beroperasi selama beberapa bulan akibat terjadinya aksi mogok kerja ribuan karyawan perusahaan tambang emas, tembaga dan perak itu.

Aksi mogok karyawan Freeport yang berlangsung lebih dari tiga bulan diikuti dengan kasus perusakan sejumlah fasilitas milik perusahaan, termasuk pemotongan pipa penyalur konsentrat milik Freeport sepanjang 20 kilo meter di dataran rendah Mimika.

Produksi PT Freeport kembali normal selama satu bulan terakhir setelah pekerja menyelesaikan pemasangan pipa konsentrat baru di jalan Tanggul Barat di kawasan dataran rendah Mimika.

Penyaluran konsentrat yang mengandung biji emas, tembaga dan perak PT Freeport dari lokasi Pabrik Pengolahan Biji di Mil 74 ke Pelabuhan Portsite Amamapare menggunakan pipa. (E015)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012