Bengkulu (ANTARA News) - Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Bengkulu menyebutkan pelayaran kapal perintis dari dan menuju Pulau Enggano ditutup hingga 20 januari akibat cuaca buruk.

"Sesuai peringatan yang kami terima dari BMKG Bengkulu bahwa tinggi gelombang membahayakan kapal penumpang, maka sejak 14 hingga 20 Januari penyeberangan ditutup," kata Sekretaris Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Bengkulu Budi Djatmiko di Bengkulu, Senin.

Ia mengatakan hal itu usai memimpin rapat koordinasi dengan Administrator Pelabuhan Pulau Baai Pieter Fina dan Manajer Angkutan Sungai Danau dan Perairan (ASDP) Bengkulu Dadan Hermawan.

Rapat koordinasi tersebut digelar setelah puluhan warga Enggano, Senin pagi mendatangi Kantor Dishubkominfo mempertanyakan penyeberangan ke pulau terluar berjarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu itu.

"Sesuai instruksi BMKG tentang cuaca buruk bahwa sampai 20 Januari dilarang berlayar untuk kapal penumpang," katanya.

Berdasarkan data BMKG, tinggi gelombang di perairan Pulau Enggano mencapai 3 hingga 4 meter sehingga membahayakan kapal penumpang.

Ia mengatakan jika cuaca sudah memungkinkan untuk berlayar, maka kapal perintis siap melayani penyeberangan Kota Bengkulu-Pulau Enggano.

"Kapal perintis sudah siap diberangkatkan jika cuaca memungkinkan, karena kapal feri Pulo Tello akan melakukan perbaikan rutin atau docking," katanya.

Kepala Administrator Pelabuhan Pulau Baai Pieter Fina mengatakan cuaca buruk membuat larangan pelayaran bagi kapal penumpang diterbitkan.

"Satu-satunya harapan adalah kapal perintis karena kapal feri harus naik dock karena surat jalannya sudah mati," katanya.

Saat ini kata dia, kapal perintis masih dalam proses lelang, namun Pemprov Bengkulu bersedia membayar biaya subsidi untuk mengangkut penumpang dan barang ke Pulau Enggano.

Dengan kondisi ini, transportasi warga dari dan menuju Pulau Enggano-Kota Bengkulu praktis terputus. Demikian juga dengan pasokan bahan pangan yang sudah menipis di pulau itu.

"Banyak warga yang berlibur di Enggano harus pulang karena sudah mulai masuk sekolah, guru-guru yang bertugas di Pulau Enggano juga tidak bisa menyeberang," tambahnya.
(ANT)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013