APBN-P itu pasti ada, yang menjadi persoalan itu pemerintah ada semacam trik di pemerintahan, bahwa angka-angka asumsi makro yang diajukan dalam APBN selalu tinggi, namun kemudian dalam APBN-P angkanya diturunkan
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Harry Azhar Azis mengatakan pemerintah seakan-akan mempunyai trik untuk menetapkan angka-angka asumsi makro dalam RAPBN, yakni dengan mematok target yang relatif tinggi.

"APBN-P itu pasti ada, yang menjadi persoalan itu pemerintah ada semacam trik di pemerintahan, bahwa angka-angka asumsi makro yang diajukan dalam APBN selalu tinggi, namun kemudian dalam APBN-P angkanya diturunkan. Jadi agak lucu juga kalau diperhatikan di tahun-tahun sebelumnya seperti itu juga," kata Harry seusai melakukan Rapat Kerja RAPBN 2014 dengan pemerintah di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis.

Pernyataan Harry itu menjawab pertanyaan atas kerap diajukannya APBN-P oleh pemerintah. Menurut beberapa peneliti Indef, di negara lain APBN-P tidak dimungkinkan untuk dilakukan, sehingga pemerintah bisa bersungguh-sungguh menetapkan APBN dengan angka yang realistis.

Harry mengatakan biasanya pemerintah selalu mengeluh terhadap krisis ekonomi dan semacamnya sebagai landasan menurunkan angka-angka asumsi makro melalui APBN-P.

Menurut dia seharusnya pemerintah bisa mempertimbangkan asumsi-asumsi yang realistis selama satu tahun yang benar-benar sanggup dicapai.

Meskipun demikian Harry mengatakan bahwa APBN-P merupakan sebuah langkah resmi yang diatur oleh Undang-undang Keuangan Negara. Dalam undang-undang itu dinyatakan bahwa APBN dimungkinkan mendapat evaluasi setiap periode enam bulan.

"Jadi (APBN) pasti ada perubahan," ujar dia.

Harry meyakini APBN 2014 juga akan mengalami perubahan kembali. Apalagi, kata dia, penyusunan angka-angka dalam APBN 2014 dilakukan sebelum ada rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Jadi dalam menetapkan angka APBN 2014 ini presiden kan memperoleh `input` dari Musrembang (Musyawarah Rencana Pembangunan) yang merupakan `input` dari seluruh provinsi, kabupaten/kota pada April lalu. Itu kan disusun sebelum skenario kenaikan harga BBM. Jadi menurut saya setelah ada skenario kenaikan harga BBM angka-angka itu relatif akan berubah lagi," katanya.

Dalam Rapat Kerja tersebut pemerintah melalui Kementerian Keuangan menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam RAPBN 2014 berada dikisaran 6,4 persen hingga 6,9 persen, dengan asumsi inflasi sebesar 4,5 persen plus minus 1 persen.
(R028/R010)

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013