Mereka tewas bukan karena dianiaya melainkan terhimpit dan terinjak-injak...
Jayapura (ANTARA News) - Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian menegaskan, tragedi GOR Nabire yang menewaskan 17 orang (bukan 18 orang) bukan akibat kerusuhan melainkan karena ketakutan para penonton hingga berupaya keluar dengan berdesakan.

"Mereka tewas bukan karena dianiaya melainkan terhimpit dan terinjak-injak saat hendak keluar dari GOR," tegas Kapolda Papua menjawab pertanyaan Antara melalui telepon, Selasa.

Dikatakan, dari hasil penyelidikan sementara terungkap kasus yang menewaskan belasan orang itu terungkap akibat berdesakan di pintu utama sehingga terhimpit dan terinjak-injak sementara penonton lainnya yang berada di dalam gedung tidak mengalami cedera.

Selain karena berdesakan saat hendak keluar GOR Nabire, kapasitas gedung yang diperkirakan hanya sekitar 500 orang, juga tidak mampu menampung jumlah penonton.

"Saat insiden terjadi sekitar 1.500 orang yang memadati GOR yang berlokasi di kota lama Nabire sehingga memang sudah tidak memadai hingga para korban selain mengalami luka-luka juga sesak nafas," kata Kapolda Papua yang saat ini masih berada di Nabire.

Menurutnya, dari laporan sementara juga terungkap membludaknya penonton karena saat Bupati Nabire Izaias Douw masuk GOR, masyarakat yang berada di luar GOR meminta untuk diperbolehkan masuk sehingga Bupati Nabire kemudian mengijinkan masyarakat masuk tanpa membeli karcis.

Kebijakan itu menyebabkan masyarakat berduyun-duyun memasuki GOR hingga melebihi daya tampung, jelas Irjen Pol Tito seraya menambahkan, seusai final antara Yulianus Pigome melawan Alfius Rumkorem yang dimenangkan Alfius, para pendukung Pigome tidak terima sehingga terjadi keributan dan saling lempar seperti kursi dan botol air minum.

"Kalau akibat lemparan baik kursi maupun botol air tidak akan separah itu,"ungkap Kapolda.

Ia menambahkan, dari 17 korban yang meninggal, tiga di antaranya sudah dimakamkan, sedangkan yang dirawat di RSUD Nabire saat ini tercatat 20 orang.

Pewarta: Evarukdijati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013