Jakarta (ANTARA News) - Berlari kini dianggap sebagai olahraga yang praktis, mudah dilakukan siapa saja dan sangat terjangkau.

Tak heran, olahraga lari ini semakin banyak peminatnya. Tidak hanya anak muda dari berbagai kalangan, orang tua dan anak-anak pun jadi ketagihan untuk rutin melakukan olahraga lari.

Komunitas-komunitas yang memiliki agenda rutin untuk lari bersama-sama pun bermunculan. Biasanya komunitas itu merangkul para pekerja yang tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk berolahraga dan akhirnya memilih berlari karena sifatnya yang praktis.

Selain bemunculan banyak komunitas, para pelari, baik itu pelari pemula dan pelari rutin juga tidak segan untuk mengikuti pertandingan lari atau marathon.

Penyelenggara lomba biasanya memanfaatkan ajang Hari Bebas Kendaraan Bermotor (CFD), yang dilaksanakan sepekan sekali setiap Minggu, untuk mengajak masyarakat umum berpartisipasi dalam pertandingan lari atau marathon.

Praktisi kesahatan Dr. Ermita I. Ilyas, yang berpengalaman sebagai tenaga medis dalam berbagai ajang olahraga lari dan marathon, mengatakan, masyarakat khususnya pelari pemula harus mengetahui seluk beluk persiapan dan berbagai hal yang patut diperhatikan saat lari.

"Lari kini sudah jadi tren, tapi banyak yang belum tahu bagaiamana persiapan yang baik buat pemula khususnya, apalagi jika ingin ikut pertandingan," kata Ermita dalam diskusi "#SafeRunning" yang diselenggarakan sebuah produk minuman di Jakarta, Sabtu.

Persiapan yang matang dibutuhkan pelari untuk mendapatkan manfaat semaksimal mungkin dan menghindari dampak negatif yang bisa saja terjadi seperti dehidrasi atau kram otot saat berlari.

Ermita memaparkan tips-tips yang dapat digunakan oleh pelari pemula, pelari rutin, maupun seorang atlet yang ingin mengikuti pertandingan.

Menurut Ermita, sebelum pertandingan, pelari dianjurkan meminum 500-600 mililiter air atau minuman yang mengandung gula dan elektrolit pada kisaran dua hingga tiga jam. Kemudian, 10-15 menit sebelum laga, pelari dianjurkan meminum 300 mililiter air.

Selain itu, pelari juga harus telah beristirahat yang cukup, mengkonsumsi makanan kaya kabrohidrat dan protein pada dua hingga tiga jam sebelum pertandingan dan tidak begadang pada malam sebelumnya. Latihan fisik yang rutin berbulan-bulan sebelum pertandingan akan sangat membantu stamina pelari saat mengikuti pertandingan.

"Bagus, jika tiga bulan sebelumnya sudah rutin latihan fisik atau sudah rutin lari," ujarnya.

Pakaian yang digunakan untuk berlari dianjurkan yang mengandung bahan berkemampuan menyerap air. Sepatu pelari juga harus sepatu yang memang dikhususkan untuk berlari dan nyaman digunakan. Jangan lupa juga dengan pemanasan sebelum berlaga, kata Ermita.

Saat pertandingan, pelari dianjurkan untuk menyempatkan waktu untuk meminum air guna menghindari dehidrasi. Banyakanya cairan yang dianjurkan sebanyak 400-800 mililiter per jam. "Pelari lambat dengan jarak yang jauh memerlukan cairan lebih banyak, dibanding pelari cepat yang hanya berhadapan dengan jarak yang pendek," ujar Ermita.

Pelari juga dapat mengkonsumsi minuman dingin yang mengandung natrium dan glukosa dalam kadar tertentu. Cairan itu untuk mengganti elektrolit yang hilang di keringat, mencegah hipnotremia dan memberi asupan kabrohidrat untuk memulihkan energi. Dalam pertandingan lari, biasanya panitia menyediakan tempat-tempat khusus pada jarak tertentu dimana pelari bisa mengambil minuman.

"Penyediaan cairan ini untuk mencegah panas tubuh yang berlebihan (heat injury)," kata Ermita.

Setelah pertandingan, pelari harus minum untuk mengganti cairan tubuh dan energi (glikogen) yang terpakai otot, selesai pertandingan. Dianjurkan, pelari meminum cairan yang mengandung elektrolit (natrium dan kalium) serta kabrohidrat.

Ermita juga menganjurkan sebelum dan sesudah berlari, pelari menimbang berat badan untuk mengetahui jumlah cairan yang hilang untuk kemudian diganti dengan takaran satu setengah kali dari jumlah yang hilang. Sedangkan, pergantian cadangan energi otot sebaiknya dilakukan pada dua hingga empat jam setelah pertandingan.

"Organ tubuh lebih cepat menyerap air dibanding makanan, sehingga air dapat mengganti energi yang hilang dengan lebih cepat," ujarnya. 

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014