Palu (ANTARA News) - Mabes Polri menerjunkan tim Propam untuk memeriksa anggota Brimob yang terlibat bentrokan dengan warga kota Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), pada 22 Oktober 2006 yang mengakibatkan seorang warga tewas terkena tembakan. Wakapolda Sulteng, Kombes Pol I Nyoman Sindra, di Palu, Jumat, mengatakan tim Propam Mabes Polri dan Polda Sulteng sudah memeriksa sejumlah anggota Brimob yang terlibat bentrokan dengan warga di Keluruhan Gebang Rejo, kota Poso. Menurut dia, penyelidikan internal yang dikoordinir Irwasum Polri, Komjen Pol Yusuf Manggabarani, itu bertujuan mengungkap tindakan anggota Brimob sesuai atau melanggar prosedur yang berlaku di Polri. Sindra menolak menyebutkan jumlah dan inisial anggota Brimob BKO (bawa kendali operasi) Polres Poso yang terlibat dalam bentrokan tersebut. Alasannya pemeriksaan beberapa anggota pasukan elit Polri itu masih berlangsung dan akan dilakukan pengujian balistik terhadap proyektil yang bersarang di tubuh Syaifuddin alias Udin (22), korban tewas dalam insiden itu. "Sanksi akan dijatuhkan kepada anggota (Brimob) jika terbukti telah terjadi kesalahan prosedural dalam bentrok itu," kata Sindra. Lebih lanjut Sindra menjelaskan polisi juga tengah memeriksa enam warga kota Poso yang terlibat langsung dan diduga terlibat dalam peristiwa bentrok berdarah itu. Dua warga berinisial Rl dan NY diamankan karena tertangkap tangan membawa senjata tajam saat bentrokan terjadi, sementara empat warga lainnya masing-masing berinisial RL, Sn, DG dan AL diamankan, karena diduga terlibat bentrok dengan aparat keamanan. "Keenam orang yang diamanakan saat dan pasca bentrok, masih menjalani pemeriksaan di Mapolres Poso," demikian Sindra. Dua versi Terdapat dua versi kronologis bentrokan antara anggota Brimob dan warga Gebang Rejo. Versi Polisi menyebutkan pada Minggu malam (22/10) berlangsung patroli dan razia di Jalan Pulau Irian, Kelurahan Gebang Rejo. Razia ini bahagian dari operasi "Ketupat Maleo 2006" untuk mengamankan pelaksanaan ibadah puasa dan Idul Fitri 1427 Hijriah. Saat razia berlangsung terjadi pengumpulan massa yang tidak jauh dari tempat razia dan menunjukkan gelagat antipati kepada anggota Polri yang bertugas. Kapolres Poso, AKBP Rudi Suphariady, kemudian memerintahkan satu regu (11 orang) anggota Brimob untuk melaksanakan "back up" di sekitar lokasi tanah runtuh. Selain itu, Kapolres Rudi juga menugaskan anggota Brimob berpatroli di Jalan Pulau Irian dengan menggunakan kendaraan barakuda (mirip panser) dan truk sampai ke wilayah PDAM. Wilayah yang dikenal dengan sebutan Tanah Runtuh ini terdapat Pondok Pesantren Amanah yang diasuh oleh KH Adnan Arzal yang juga Ketua Forum Solidaritas Perjuangan Ummat Islam (FSPUI) Poso. Berselang beberapa saat kedatangan patroli Brimob, terdengar bunyi tiang listrik (bertanda bahaya bagi warga Poso), sehingga massa berkumpul dan terjadi penyerangan Pos Polmas (Polisi Masyarakat) Tanah Runtuh yang dijaga 16 anggota polri. Kapolres Rudi mengirim satu kompi Brimob ke Tanah Runtuh untuk menyelamatkan dan mengevakuasi anggota Polmas yang terkepung massa. Seluruh anggota Polmas berhasil dievakuasi ke Mapolres Poso, namun massa Tanah Runtuh semakin brutal dengan membakar sebuah truk Brimob dan tiga unit sepedan motor, serta merusak Pos Polmas. "Polisi terpaksa mengambil tindakan, setelah sebelumnya membuang tembakan peringatan ke udara, guna mengdalikan massa yang anarkis," demikian Kilat. Sementara versi warga seperti yang diungkapkan Adnan Arzal atas insiden yang terjadi sehari menjelang perayaan Idul Fitri itu, menyebutkan anggota Brimob sejak Minggu sore sudah mengendap mengitari kawasan Tanah Runtuh. Pada malam hari terdengar letusan tembakan yang disusul penyerangan anggota Brimob ke arah Ponpes Amanah di Tanah Runtuh, sehingga warga melakukan perlawanan dengan melempar batu. "Warga melawan menggunakan batu, bukan dengan senjata seperti yang selalu diungkapkan petinggi Polri dan pemerintah." katanya. Penyerangan anggota Brimob tersebut menewaskan Syaifuddin alias udin (22), serta melukai Muhammad Rizki alias Kiki (29) dan Jumaris (39) akibat terjangan timah panas aparat. (*)

Copyright © ANTARA 2006