Purwokerto (ANTARA News) - Lontaran dan luncuran material atau lava pijar dari Gunung Slamet yang sempat membakar padang savana di sekitar puncak gunung tertinggi di Jawa Tengah itu dikhawatirkan mengenai kawasan hutan lindung.

"Kami masih mencermati apakah lontaran dan luncuran lava pijar itu sudah masuk vegetasi atau belum. Namun, dari pengamatan langsung, kemungkinan sudah ada," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Slamet Sudrajat saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.

Ia mengaku khawatir jika lontaran dan luncuran lava pijar itu mengakibatkan kebakaran di kawasan hutan lindung karena pada musim kemarau seperti sekarang, humus di bawah tegakan mengering sehingga berpotensi membuat api membesar.

Selain masih kuatnya lontaran lava pijar, kata dia, suara dentuman yang kuat juga masih terdengar yang kadang bersamaan dengan lontaran lava pijar atau letusan asap hitam kecokelatan.

"Seperti tadi, sekitar pukul 10.27 WIB, terdengar dentuman kuat yang bersamaan dengan letusan asap hitam setinggi 1.000 meter," katanya.

Meskipun letusan lava pijar yang terjadi dalam beberapa hari terakhir lebih tinggi dibanding waktu-waktu sebelumnya, dia mengatakan bahwa hingga saat ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi masih menetapkan status "Siaga" terhadap Gunung Slamet.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan PVMBG di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jumat, pukul 06.00-12.00 WIB, secara visual Gunung Slamet terhalang kabut.

Saat cerah, teramati embusan asap putih tipis hingga tebal setinggi 50-200 meter, tiga kali letusan abu kehitaman dengan ketinggian 800-1.000 meter dari puncak Gunung Slamet, serta terdengar tujuh kali suara dentuman kuat, sedangkan dari sisi kegempaan terekam tujuh kali gempa letusan dan 104 kali gempa embusan.

Sementara dalam pesan singkat yang diterima Antara, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan bahwa pada pukul 12.44 WIB dan 13.35 WIB terjadi letusan dengan dentuman kuat di saat Gunung Slamet tertutup kabut.

Kendati demikian, dia mengatakan bahwa suara dentuman Gunung Slamet tidak sekuat Gunung Kelud dan Gunung Merapi.

Kemungkinan suara dentuman pada Jumat siang tidak sekuat yang terdengar pada Kamis (11/9) siang, karena diperkirakan energi Gunung Slamet sudah turun.

Suara dentuman pada Kamis (11/9) siang dilaporkan terdengar sampai Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, yang berjarak sekitar 40 kilometer dari puncak Gunung Slamet.

"Mungkin sudah turun ya energinya," jelas pria yang akrab dipanggil Mbah Rono itu.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014