Pengunaan alkohol lebih banyak dampak buruknya daripada manfaatnya
Jakarta (ANTARA News) - Penggunaan minuman keras (miras) beralkohol oplosan mesti benderang dilarang, melalui aturan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah, agar tidak ada lagi jatuh korban tewas akibat minum miras jenis itu.

"Pengunaan alkohol lebih banyak dampak buruknya daripada manfaatnya, sehingga upaya untuk melarang penggunaan alkohol di tengah masyarakat luas memang harus dilakukan tentunya melalui berbagai peraturan pemerintah baik pusat maupun daerah," kata Ketua Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia Jakarta (Papdi Jaya), Ari Fahrial Syam, dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, secara umum kenapa seseorang minum minuman mengandung alkohol adalah karena alasan menjaga hubungan baik dengan teman. Misalnya untuk sekadar berkumpul untuk menghabiskan waktu senggang.

Buat sebagian orang yang memang merasa rendah diri, ujar dia, dengan minum alkohol merasa dirinya menjadi lebih berharga dan sedikit lebih "berani".

"Buat sebagian anak muda alkohol sebagai pelarian karena menghadapi frustasi dalam kehidupan sehari-hari baik masalah pendidikan, masalah keluarga, pekerjaan, dan masalah sosial lain dalam kehidupan bermasyarakat," jelasnya.

Ia juga mengemukakan, penggunaan alkohol dalam waktu singkat dan berlebihan akan menyebabkan terjadinya keracunan alkohol (intoksikasi alkohol) dan dapat menyebabkan kematian.

Intoksikasi terjadi jika jumlah alkohol yang dikonsumsi di atas ambang toleransi orang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya gangguan baik fisik maupun mental.

Seseorang yang dalam keadaan mabuk tidak sadar akan apa yang sedang dilakukan, disorientasi, bingung, dan lupa.

Alkohol juga dapat menyebabkan adiksi atau ketagihan dan toleransi penggunaan makin hari makin banyak.

Walaupun seseorang sudah toleransi untuk volume tertentu tetapi efek samping kronisnya tetap terjadi.

Pasien dengan penggunaan alkohol jangka panjang akan menyebabkan peradangan kronis pada saluran pencernaannya khususnya pada lambung. Pasien yang menggunakan alkohol kronis akan dengan mudah ditemukan kelainan pada lambungnya.

Alkohol juga dihubungkan dengan dengan berbagai kanker antara lain kanker usus besar. Pasien peminum alkohol kronis akan mengalami tulang kropos (osteoporosis), mengalami impotensi, dan infertilitas.

Pada wanita, alkohol juga menjadi salah faktor resiko terjadi kanker payudara.

"Minum minuman keras saja sudah berbahaya, apalagi kalau minuman keras tersebut dioplos dengan minuman lain jelas akan tambah berbahaya. Alkohol aplosan membuat alkohol yang dikonsumsi menjadi tidak jelas kadarnya," tegasnya.

Sebelumnya, Kepolisian Republik Indonesia mengingatkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi minuman keras oplosan guna menghindari jatuhnya korban lagi akibat tindakan nekat ini.

"Kami ingatkan agar hal-hal semacam ini (mengonsumsi miras oplosan) tidak dilakukan," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divhumas Mabes Polri Kombes Agus Rianto, Jumat. (Baca juga: Polisi tangkap penjual minuman oplosan di Garut)

Menurut dia, perilaku tersebut sangat merugikan tubuh karena bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada organ-organ vital tubuh bahkan bisa menyebabkan kematian.

Terkait hal ini, dikatakan Agus, Kapolri telah memerintahkan jajarannya untuk meningkatkan pengawasan kegiatan masyarakat terutama para penjual minuman beralkohol dan apotek-apotek.

"Kami mohon kepada apotek-apotek, pahami siapa yang belanja. Itu yang dikonsumsi kan alkohol kadar sangat tinggi di atas 95 persen, mendekati murni, itu bukan untuk dikonsumsi. Tapi malah dicampur minuman suplemen dan obat oles anti nyamuk. Itu bahaya," katanya.

Pada Kamis, korban miras oplosan di Garut, Jawa Barat tercatat 25 orang meninggal dunia. Sementara di Sumedang, Jawa Barat, korban tewas miras oplosan atau yang biasa disebut Cherrybelle ada sebanyak delapan orang.

(M040)




Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014