Tripoli (ANTARA News) - Satu bom mobil meledak Sabtu dekat gedung keamanan diplomatik di Tripoli tetapi tidak menimbulkan korban, kata seorang pejabat Libya, dengan kelompok garis keras IS (Negara Islam) mengaku bertanggung jawab.

Kolonel Mubarak Abu Dhaheer, yang memimpin departemen keamanan yang bertanggung jawab melindungi missi-missi diplomatik, mengatakan ledakan di tengah kota Tripoli itu menimbulkan beberapa kerusakan pada gedung itu tetapi tidak ada seorangpun yang cedera.

"Ini adalah satu tindakan kriminil yang bertujuan untuk menganggu keamanan dan stabilitas dan ditujukan pada polisi yang bertugas menjaga missi-missi diplomatik," kata Abu Dhaheer.

Kelompok garis keras IS mengatakan pihaknya melancarkan serangan bom itu, kata kelompok pemantau Intelijen SITE yang bermarkas di Amerika Serikat.

"Divisi provinsi dari IS untuk Tripoli, Libya mengklaim satu ledakan bom di gedung keamanan diplomatik di ibu kota Libya itu, dan memberikan satu foto ledakan itu," kata SITE.

Tiga tahun setelah diktator Muamar Gaddafi digulingkan dan dibunuh dalam satu pemberontakan dukungan NATO Libya banjir dengan senjata dan milisi yang kuat, dan diperintah oleh dua pemerintah yang bersaing dan dua parlemen.

Fajar Libya, satu koalisi milisi Islam, menguasai Tripoli Agustus setelah pertempuran berminggu-minggu melawan satu kelompok nasionalis.

Aksi kekerasan itu memicu eksodus para warga asing dari ibu kota Libya itu dan penutupan beberapa kedutaan besar, dengan banyak yang pindah ke negara-negara tetangga.

Abu Dhaheer mengatakan polisi sedang menyelidiki bom mobil itu dan juga penembakan dekat kedutaan besar Arab Saudi yang merusak tiga mobil.

Pada November, dua bom mobil menghantam dekat kedubes-kedubes Mesir dan Uni Emirat Arab di Tripoli. Italia adalah salah satu dari beberapa negara yang tetap membuka kedutaan di ibu kota Libya itu. Demikian laporan AFP.

(Uu.H-RN)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014