Singapura (ANTARA News) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin, karena investor mencari petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi Tiongkok dan AS yang merupakan konsumen utama minyak mentah dunia.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun 48 sen menjadi 45,22 dolar AS per barel dan minyak mentah Brent untuk November merosot 50 sen menjadi 48,10 dolar AS per barel di perdagangan sore.

Pasar terguncang pada pekan lalu oleh berita bahwa ukuran utama aktivitas manufaktur di Tiongkok jatuh ke posisi terendah 6,5 tahun pada September, tanda terbaru perlambatan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia.

"Bagi sebagian besar komoditas, sebuah hard landing (perlambatan ekonomi secara mendadak sehingga mengakibatkan guncangan) di Tiongkok akan menjadi ancaman jauh lebih besar daripada pengetatan bertahap dari The Fed," perusahaan riset Capital Economics mengatakan.

Dikatakan bahwa data manufaktur cenderung untuk meningkat selama sisa tahun ini.

Sementara itu, Federal Reserve AS pada pertemuan September, menunda menaikkan suku bunga . Namun pada Kamis lalu Ketua The Fed Janet Yellen mengatakan ia masih memperkirakan kenaikan suku bunga dilakukan tahun ini dan bahwa kekhawatiran tentang pertumbuhan global yang lebih lemah kemungkinan tidak akan mempengaruhi rencana tersebut.

Fokus minggu ini "kemungkinan akan tetap pada Tiongkok dan khususnya pasar ekuitas, yang baru-baru ini menunjukkan tanda-tanda stabilisasi, dan tentang AS menjelang laporan ketenagakerjaan pada Jumat", kata Capital Economics seperti dikutip AFP.

Kenaikan suku bunga kemungkinan akan mendongkrak mata uang AS, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pemegang unit yang lebih lemah, sehingga menghambat permintaan.

Harga juga di bawah tekanan karena prospek minyak Iran kembali ke pasar yang telah kelebihan pasokan, menyusul tonggak kesepakatan nuklir dengan kekuatan utama dunia yang tercapai pada Juli.

Berdasarkan perjanjian tersebut, Barat akan mencabut sanksi ekonomi yang melumpuhkan jika Iran mengekang ambisi nuklirnya, yang memungkinkan negara itu meningkatkan ekspor minyaknya. Teheran membantah klaim Barat bahwa pihaknya bermaksud membangun sebuah bom atom.

Harga minyak diperkirakan stabil selama seminggu, kata para analis.

"Dengan tidak ada pengumuman data ekonomi utama selama seminggu kecuali untuk tingkat pengangguran AS pada Jumat depan, harga minyak mentah akan terus berfluktuatif," kata Sanjeev Gupta, yang mengepalai praktek minyak dan gas Asia Pasifik di perusahaan jasa profesional EY.

(Uu.A026)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015