Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia naik di perdagangan Asia pada Jumat, menjelang pengumuman laporan ketenagakerjaan AS dan ketika badai mengancam kilang-kilang di pantai timur AS.

Data ketenagakerjaan AS untuk September, yang akan dijelaskan pada Jumat waktu setempat, dianggap penting karena perbaikan di pasar tenaga kerja merupakan faktor kunci yang mendukung rencana Bank Sentral AS atau Federal Reserve untuk menaikkan suku bunganya mendekati nol, kata para analis.

Sebuah kenaikan suku bunga akan mendukung dolar AS menguat, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lemah, sehingga menahan permintaan dan menekan harga.

Di perdagangan Asia sore, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik 57 sen menjadi 45,31 dolar AS per barel, dan minyak mentah Brent untuk November bertambah 37 sen menjadi 48,06 dolar AS per barel.

Kedua kontrak berakhir lebih rendah setelah sesi perdagangan berfluktuasi pada Kamis.

Para analis memperkirakan laporan ketenagakerjaan akan menunjukkan ekonomi AS menambahkan 205.000 lapangan pekerjaan pada September dan tingkat pengangguran tidak berubah di 5,1 persen, terendah dalam tujuh tahun.

Para pedagang juga memantau jikalau Badai Joaquin akan berubah arah dan mengancam kilang-kilang minyak dan fasilitas penyimpanan di pantai timur AS.

"Kami perkirakan melihat para pedagang mengambil posisi dalam peristiwa perubahan jalur badai selama akhir pekan. Ini kemungkinan akan menempatkan beberapa aspek menguntungkan untuk harga minyak," kata Daniel Ang, seorang analis investasi Phillip Futures di Singapura.

Pada Kamis, Badai Joaquin bergerak cepat melalui Bahama sebagai badai Kategori Empat yang sangat berbahaya menuju ke arah timur Amerika Serikat.

Badai tersebut bergerak pada kecepatan maksimum 130 mil (215 kilometer) per jam dan bisa meningkat lebih kuat selama 24 jam ke depan, kata Pusat Badai Nasional AS.

Pelambatan ekonomi Tiongkok, konsumen utama komoditas, juga masih menjadi perhatian untuk pasar minyak, tetapi analis mengatakan pelambatan tajam, atau "hard landing" (pelambatan ekonomi secara mendadak sehingga mengakibatkan guncangan), adalah tidak mungkin.

"Sebagian besar kekhawatiran baru-baru ini dipicu oleh runtuhnya pasar ekuitas Tiongkok, tapi ini adalah ledakan dari gelembung singkat dan memberitahu kita tentang pergeseran dalam ekonomi riil," kata lembaga riset Capital Economics.

"Dengan kebijakan stimulus dalam proses untuk pelonggaran lebih lanjut jika diperlukan, peningkatan dalam pertumbuhan tampaknya paling mungkin dalam waktu dekat, daripada merosot yang diperkirakan."

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015