Jakarta (ANTARA News) - PT Angkasa Pura (AP) II berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya. Mereka menata taksi-taksi di sana, yang resmi ataupun tidak resmi. Selama ini, "serbuan" pengemudi taksi selalu jadi hal yang dikeluhkan pemakai jasa penerbangan bandara terbesar di Indonesia itu. 

Setelah menempuh penerbangan berjam-jam, belum lagi jika jadual penerbangan ditunda-tunda di bandara keberangkatan, pemakai jasa penerbangan tentu lelah. 

Akan semakin tidak menyenangkan bahkan bisa menimbulkan kesan buruk, jika mereka langsung dikerubuti pengemudi taksi tidak resmi, yang sering memaksa-maksa. 

"Penataan taksi-taksi tidak resmi menjadi angkutan sewa resmi Bandara di lingkungan Bandara Internasional Soekarno-Hatta merupakan optimisme kami bersama Inkopau selaku partner sekaligus koordinator," kata Senior General Manager Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Zulfahmi, di Jakarta, Selasa.

Ia mengemukakan, penambahan ruang publik juga diperhatikan AP II yang telah diterapkan di Terminal 2.

Yaitu membongkar lapak 74 penyewa untuk menciptakan ruang publik yang lebih nyaman dan luas bagi pelanggan. Masih dilengkapi fasilitas tambahan lain yaitu penempatan kursi-kursi baru sehingga menambah kapasitas untuk 1.310 penumpang yang tersedia di Terminal 1 dan Terminal 2.

Selain itu, sentralisasi layanan informasi bagi pelanggan juga disediakan, Pusat Layanan, hasil sinergi bersama dengan maskapai penerbangan yang beroperasi di Terminal 2 dan Terminal 3.

Sebelumnya, tender atau prakualifikasi lelang proyek kereta ekspres Bandara Halim Perdanakusuma-Soekarno-Hatta yang ditargetkan pada Desember 2015 diperkirakan tertunda, karena perlunya penyesuaian ulang trase proyek tersebut.

"Pihak sektor (Kementerian Perhubungan) perlu melihat kembali ke rencana induk untuk jalurnya, karena banyak inisiatif lain yang timbul seperti proyek LRT, dan MRT tahap II," kata Direktur Utama PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI,  Emma Sri Martini, di Jakarta, Senin (6/10) malam.

Menurut Emma, dengan sejumlah proyek kereta di Jabodetabek, di antaranya kereta ringan perkotaan (Light Rapid Transportation/LRT) dan juga kereta transportasi massal cepat (Mass Rapid Transportation/MRT), 

Kementerian Perhubungan sebagai otoritas sektor transportasi, perlu mengintegrasikan jalur proyek kereta tersebut.

Begitu juga dengan penyesuaian untuk kapasitas stasiun yang akan dibangun, dalam melayani keberangkatan dan transit penumpang.

Dia menuturkan, dengan hadirnya sejumlah proyek kereta di Jabodetabek, penyesuaian trase kereta bandara akan memperbarui potensi jumlah penumpang dan dan biaya investasi yang diperlukan. 

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015