Syaratnya, karakter! Kemampuan dan kemauan untuk meraih sukses...Sekarang, dia pemain terbaik di dunia; belum tentu besok, apakah dia masih pemain yang terbaik
Jakarta (ANTARA News) - Jadilah punggawa yang berkarakter, jauhi sikap suka membeo, suka membebek, dan suka mengekor, dan silakan menggunakan pertimbangan akal sehat secara lugas dan bernas.

Inilah daulat sukses yang dilekatkan di dahi setiap pemain Liverpool di bawah asuhan pelatih Juergen Klopp.

Pengambilan keputusan semata-mata merupakan seni. Sebagai pemimpin, Klopp disebut-sebut banyak mengandalkan intuisi dalam memilih pemain yang memiliki karakter ketika merespons sejumlah target di bursa transfer pemain pada Januari 2016.

Bermimpi dan bersemangat saja belum cukup memadai ketika menjawab tantangan meraih sukses di masa depan. Sebagaimana ditulis dalam laman Liverpool Echo, Klopp memerlukan strategi mumpuni dan kemampuan beradaptasi dengan iklim Premier League yang disesaki dengan jadwal kompetisi yang ekstra ketat.

Untuk mendapatkan sederet pemain yang berkarakter tentu tidak mudah. Jendela transfer pada Januari tahun depan sudah di depan mata.

Fans kubu Anfield yakin bahwa Klopp dibekali segudang modal menjadi pemimpin yang efektif dan efisien dengan keberanian memutuskan dan membedakan mana yang baik, mana yang buruk. Hal serupa siap ditularkan kepada seluruh punggawa Liverpool.

Hikmat Klopp berbunyi silakan membentangkan kreativitas agar menjadi seorang pribadi dengan huruf besar. Hanya saja, penerapan hikmat itu tidak tanpa tanpa hambatan. Semasa masih ditangani Brendan Rodgers, kebijaksanaan tranfser pemain diwujudkan sepenuhnya oleh Fenway Sport Group.

Salah satu bagian kesepakatan Klopp dengan Liverpool, yakni mengatur soal kebijakan transfer pemain. Di sini ia pantas mengulang-ulang kredo dari kitab Amsal, "Berbahagialan mereka yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas."

Ia kemudian merangkum kredo itu dengan meniupkan warta praktis dalam memilih pemain. "Syaratnya, karakter! Kemampuan dan kemauan untuk meraih sukses," katanya tegas.

Hikmat itu jelas-jelas berlawanan dengan iming-ming yang melenakan hati, yakni mengejar tiada habis hasrat memperoleh uang sebanyak-banyaknya dan keinginan meraih kemasyhuran diri.

"Sekarang, dia pemain terbaik di dunia; belum tentu besok, apakah dia masih pemain yang terbaik. Hari ini, dia pemain terbaik, belum tentu besok. Ini artinya kita perlu terus bekerja keras, meningkatkan hal-hal yang memang penting."

"Ketika saya masih aktif menangani klub, setiap pemain muda wajib melontarkan senyum. Hal yang sederhana tapi mengena, karena dengan tersenyum pintu hati terbuka lebar. Pengalaman memang hal yang penting, meski bukan hal yang terpenting juga."

Dua hikmat Klopp itu tentu saja berlawanan dengan tabiat pemain yang suka membeo, suka membebek, dan suka mengekor. Pelatih berusia 48 tahun itu berharap kepada seluruh punggawa The Reds agar bertindak dan berlaku sebagai "explorer", menjelajah setiap jengkal laga bola dengan berjuang menjadi diri sendiri.

Silakan mencontoh dan mengambil butir-butir pengalaman dari sang penjelajah kutub Admundsen yang sampai akhir hayat berjuang menjelajah kutub. Kisah serupa dilakoni oleh Ranulp Fiennes yang lebih dari 40 tahun menghabiskan dan mengisi hidupnya dengan menjelajah sungai, gurun, dan kutub.

Bagi Klopp, kearifan berarti melihat dan melakoni dengan berhias senyum sukacita, meski ia tetap mewanti-wanti bahwa "hikmat kebijaksanaan bersemayam di benak orang yang memiliki pemahaman, namun tidak dikenal di hati orang yang bebal."

Tabiat pemain yang suka membeo, suka membebek, dan suka mengekor sama dan sebangun dengan mereka yang bebal. Pemain yang bebal dan bodoh tidak mengharapkan kearifan karena mereka justru tidak mengetahui nilainya.

Dua kegagalan Rodgers, yakni buruk merespons jendela transfer dan miskin menghargai dan memberi kepercayaan kepada pemain berpengalaman seperti Steven Gerrard dan Jamie Carragher, serta sejumlah pemain bintang seperti Luis Suarez dan Raheem Sterling.

Agar Klopp tidak mengulangi kekeliruan Rodgers, palagan di Liverpool berbunyi: silakan menemukan pemecahan sendiri dan menikmati segala tantangan dengan hati membaja. Inilah seni memimpin ala Anfield.

Apa saja tantangan Klopp di Liverpool? Berikut anatomi The Reds sebagaimana dikutip dari laman Whoscored.com:

Jadwal laga yang dilakoni Liverpool:
17-09-2015 Bordeaux 1 : 1 Liverpool    
20-09-2015 Liverpool 1 : 1 Norwich    
23-09-2015 Liverpool 1 : 1 Carlisle    
26-09-2015 Liverpool 3 : 2 Aston Villa    
01-10-2015 Liverpool 1 : 1 Sion    
04-10-2015 Everton 1 : 1 Liverpool

Karakter permainan Liverpool:    

* Kekuatan:

Duel di udara: sangat kuat
Mengandalkan set pieces: sangat kuat
Mengandalkan pertahanan: sangat kuat

* Kelemahan:
Kemampuan mencetak gol: lemah
Menghindari kesalahan perorangan pemain: lemah
Mengantisipasi serangan lawan dari sektor sayap: lemah      
 
Gaya bermain Liverpool:
* Mengandalkan umpan-umpan pendek.
* Mengandalkan penguasaan bola.
* Menyerang dari sektor tengah.  
* Tampil agresif.
 
Tentu saja, seni memimpin Klopp bakal bermuara kepada kualitas keputusan yang ia ambil. Ia perlu memecahkan segala dilema, utamanya dalam memilih dan menentukan pemain. Bermimpi saja belum memadai, masih perlu membentangkan rencana-rencana dengan keyakinan hati dan hasrat menyala-nyala.

Klopp belum cukup mengandalkan pemain dengan bakat alam melulu. Masih diperlukan sentuhan-sentuhan rasional dengan mengobarkan semangat kebersamaan untuk mencari jalan keluar konkret. Untuk itu, ia perlu mengetahui rapor masing-masing pemain.

Rapor pemain:
 
* Jumlah Goal:

C. Benteke (2)
D. Sturridge (2)
D. Ings (2)
J. Milner (1)
P. Coutinho (1)
    
* Aggression:        
J. Milner (3)    
J. Gomez    (3)    
P. Coutinho (1)
L. Leiva (2)    
M. Skrtel (2)    
    
* Jumlah penampilan:
J. Milner    (8)
M. Skrtel    (8)
N. Clyne    (8)
S. Mignolet (8)
P. Coutinho (7)

* Sukses duel udara:
C. Benteke (8,5)
M. Sakho    (3)
D. Lovren    (2,8)
M. Skrtel    (2,6)
J. Gomez    (1,8)
    
* Assists:
J. Milner (2)
P. Coutinho (2)
J. Gomez    (1)
A. Moreno (1)
J. Henderson (1)
    
* Ratings:
J. Henderson (7,66)
L. Leiva    (7,26)
J. Milner    7.17
C. Benteke (7,15)
D. Sturridge (7,07)

Agar keputusan Klopp berkualitas diperlukan upaya melakukan refleksi atas anatomi klub secara keseluruhan. Keputusan yang baik mengalir dari kesatuan antara pikiran, hati, dan kehendak serta kemerdekaan diri. Untuk itu ia akan dipandu oleh rapor tim selama perjalanan sampai pekan kedelapan Premier League 2015/16.
 
Rapor Liverpool:

* Goals per game: 1
* Penguasanaan bola rata-rata: 52,5 persen
* Akurasi umpan: 81,4 persen
* Shots per game: 14,9
* Tekel per game: 22,3
* Dribel per game: 9
* Rapor disiplin: 181

Biografi Juergen Klopp:
Juergen Norbert "Kloppo"
Lahir: 16 Juni 1967 (48 tahun), Stuttgart, Jerman
Tinggi: 1,93 m
Pasangan: Ulla Sandrock (menikah 2005)
Tim yang dilatih: Liverpool F.C. (Manajer sepak bola, sejak 2015), Borussia Dortmund (Manajer sepak bola, 2008–2015)
Anak: Marc Klopp
Penghargaan: Pelatih Terbaik Jerman, German Television Award untuk Program Olahraga Terbaik

Lima kutipan filosofis Juergen Klopp (The Guardian):

* Ketika menghadapi Bayern Muenchen:
"Teruslah menjelajah dunia, dan akhirilah perjalanan ini dengan menjadi juara sebagaimana dicapai Bayern. Jika saja kita meraih tempat kedua, maka saya akan mengendarai truk untuk lewat dan masuk ke taman. Jika saja tidak ada orang yang bersukacita, maka saya akan melakukannya seorang diri."

"Kami punya panah, dan kami mampu membidik agar mengenai sasaran. Masalahnya, Bayern punya bazooka. Kemungkinannya mereka mampu menghantam sasaran dengan jitu. Hanya saja Robin Hood dapat saja meraih sukses."

* Mengenai masalah cedera yang dialami Mats Hummels:
"Kami akan menanti dan menunggu dia seperti istri yang setia menanti suami yang masih mendekam di penjara."

* Perbedaan antara dirinya dengan Arsene Wenger:
"Ia suka dengan penguasaan bola, terampil meracik taktik, piawai melepas umpan. Semua itu layaknya orkestra yang mengiringi laga sendu. Saya suka mendengar dan menikmati musik cadas. Saya suka dan senantiasa suka mendengarnya dengan volume keras."

* Ketika memotivasi para pemainnya:
"Bagaimana menjelaskan warna kepada orang buta?"

"Sepak bola mengaitkan emosi yang sangat kental, agar tidak terlihat membosankan. Ini tidak ada dalam catur. Soal taktik? Taktik mutlak menyertakan pertimbangan hati. Segala sesuatu mengenai taktik begitu penting, karena anda tidak akan meraih kemenangan tanpa taktik, tetapi hati membuat perbedaan. Yang penting, hidup kita adalah pertandingan."

Lima inspirasi dari Juergen Klopp:

Pertama, pimpinlah hidup anda dan jadilah diri sendiri. Jangan pernah terus mau melompat ke depan, meski jangan juga membeo, membebek, dan mengekor.
Kedua, kendalikan kemauan dan kehendak diri yang serba tidak beraturan, utamanya kalahkan egoisme.
Ketiga, bebaskanlah diri anda dari ...(memburu uang mendapatkan harta secara berlebihan). Cukuplah rejeki untuk hari ini.
Keempat, kenalilah sukacita jauhi dukacita.
Kelima, cari dan dapatkan teman sejati. 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015