Sebuah gerakan perubahan untuk menjadi lebih baik yang dilakukan oleh seluruh elemen bangsa Indonesia, baik pemerintah maupun masyarakat, secara langsung akan berdampak pada percepatan pembangunan yang telah direncanakan,"
Kendari (ANTARA News) - Pejabat Direktorat Pendidikan Kementerian PPN/Bappenas) Amich Alhumami PhD mengatakan melalui gerakan nasional revolusi mental diharapkan dapat mempercepat program pembangunan yang telah terencana untuk mewujudkan Indonesia yang maju.

"Sebuah gerakan perubahan untuk menjadi lebih baik yang dilakukan oleh seluruh elemen bangsa Indonesia, baik pemerintah maupun masyarakat, secara langsung akan berdampak pada percepatan pembangunan yang telah direncanakan," ujarnya pada rapat koordinasi dan sosialisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) di Kendari, Selasa.

Untuk itu, kata Alhumami, dengan adanya gerakan revolusi mental ini akan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya, yang berdampak positif terhadap percepatan pembangunan.

Menurut dia, melalui gerakan revolusi mental itu diharapkan dapat mewujudkan Indonesia yang maju, modern dan bermartabat, sehingga dapat mempersiapkan diri dalam persaingan pada masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).

"Gerakan revolusi mental ini mengedepankan pada perubahan pola pikir, sikap, prilaku dan cara kerja yang berorientasi pada kemajuan dan kemodernan, sehingga Indonesia bisa menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia," ujarnya.

Menurut dia, keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sikap dan dorongan untuk giat bekerja, sikap untuk menjadi produktif, sikap dalam mengelola kekayaan dan materi, sikap dalam berkeluarga dan merawat anak.

"Selain itu sikap motivasi meraih pencapaian tinggi, dorongan untuk melakukan penemuan dan pembaruan, di mana semua kareakter itu berpangkal pada akal budi dan pikiran manusia, yang terbingkai dalam mentalitas yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku," ujarnya.

Ia menjelaskan, revolusi mental ditandai oleh perubahan pola pikir dan perilaku yang berkebalikan, misalnya negatif menjadi positif, malas menjadi kerja keras, melanggar hukum menjadi taat hukum.

"Contoh lain pada sikap perubahan itu yakni tidak disiplin menjadi disiplin, bohong menjadi jujur, korupsi menjadi anti korupsi, konflik menjadi harmoni dan lain-lain," ujarnya.

Pewarta: La Ode Abdul Rahman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015