Ouagadougou, Burkina Faso (ANTARA News) - Para pemimpin Burkina Faso dan Mali di Afrika Barat sepakat bekerja sama lebih rapat lagi untuk memerangi militan ekstremis dengan berbagi intelijen dan patroli keamanan bersama.

Sedangkan Presiden Benin Thomas Boni Yayi tiba di Ouagadougou untuk menyampaikan solidaritas dan duku citanya kepada Presiden Burkina Faso Roch Marc Kabore.

Boni Yayi mengatakan blok Afrika Barat ECOWAS akan menggelar pertemuan darurat membahas masalah ini.

Tentara Burkina menjaga ketat seluruh ibu kota menjelang kedatangan Thomas Boni Yayi yang menjanjikan pembalasan Afrika Utara terhadap kampanye teror dari para teroris.

Seorang sumber penyelidikan mengatakan 20 orang ditangkap Minggu dan Senin lalu dalam kaitannya dengan serangan Jumat malam lalu yang menewaskan 29 orang yang separuhnya warga negara asing.

Beberapa di antaranya kemudian dibebaskan, kata sumber tadi.

Boni Yayi, yang berbicara atas nama 15 negara anggota ECOWAS, berkata ; "Kami tidak akan berpangku tangan. Kami akan bereaksi dan merespon. Pertanyaannya giliran siapa nanti."

Burkina Faso dikritik bereaksi lambat karena memang pasukan keamanannya tidak memiliki perlengkapan memadai.

Sementara itu Presiden Prancis Francois Hollande menelepon Roch Marc Christian Kabore untuk menjanjikan, "bantuan apa pun yang diperlukan, untuk investigasi yang layak atas aksi tidak berprikemanusiaan ini."

Serangan teror pertama yang menyasar Burkina Faso ini terjadi hanya beberapa minggu setelah para jihadis menyerang sebuah hotel mewah di Bamako, ibu kota Mali yang bertetangga dengan Burkina, yang menewaskan 20 orang.

Di tempat kejadian perkara di Ouagadougou, sebuah tim penyelidik Prancis beranggotakan 18 oirang, termasuk para pakar forensik, bergabung dengan polisi setempat untuk menyisir petunjuk di Hotel Splendid dan Cafe Capuccino yang diserbu teroris, demikian AFP.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016