Brasilia (ANTARA News) - Presiden Brasil Dilma Rousseff pada Selasa menyatakan tidak akan mundur di tengah kemelut politik terbesar dalam dua dasawarsa dan menyebut gerakan menurunkan dirinya sebagai "kudeta" terhadap pemerintahan demokratis.

"Saya tidak akan mundur dalam keadaan apa pun. Saya tidak pernah melakukan kejahatan, yang membuat saya harus turun di tengah jalan," kata Rousseff di depan pakar hukum, lapor Reuters.

Korupsi melibatkan perusahaan minyak negara, Petrobas, telah sampai ke lingkaran terdekat Rousseff setelah perusahaan pembangunan terbesar di Brasil, Odebrecht, memutuskan berkeja sama dengan penyidik.

Selain itu, kelompok oposisi juga memulai upaya pemakzulan terhadap Rousseff, yang diduga memanipulasi rekening negara untuk membiarkan pemerintah mengeluarkan dana besar pada masa kampanye 2014.

Presiden itu dapat turun dari jabatannya pada Mei jika partai pendukungnya tidak menghentikan upaya pemakzulan di majelis rendah. Jika skenario tersebut terjadi, maka kekuasaan Partai Buruh yang berhaluan kiri akan berakhir setelah 13 tahun berhasil mendudukkan kadernya di kursi kepresidenan.

Rousseff mendesak Mahkamah Agung netral dalam kemelut itu.

Perkara suap Petrobas sudah melibatkan puluhan politisi dalam koalisi Rousseff dan membuat sejumlah eksekutif tinggi perusahaan besar dipenjara.

Setelah kepolisian melakukan penggeledahan pada Selasa, perusahaan Odebrecht --yang juga terlibat dalam skandal suap Petrobas-- menyatakan akan meminta keringanan hukuman dengan mengungkap pihak lain, yang juga terlibat.

Perkara korupsi ditambah resesi ekonomi terburuk dalam satu generasi terakhir, membuat kedudukan presiden perempuan pertama Brasil kini bergantung pada belas kasih partai koalisi dalam pemerintahannya, Partai Gerakan Demokratik Brasil (PMDB).

PMDB kini terpecah menjadi dua kubu, antara pihak yang masih ingin bekerja sama dengan Rousseff dan pihak yang ingin meninggalkannya. Keputusan akhir diperkirakan akan muncul dalam rapat komite tanggal 29 Maret nanti.

Jika PMDB memutuskan untuk ikut dalam arus pemakzulan, maka kadernya yang saat ini menjabat sebagai presiden, Michel Terner, akan naik menggantikan Rousseff.
(UU.G005/B002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016