Semua akan melakukan upaya mulai dari persiapan tanam, teknologi, tata niaga, sampai pasca panen. Ini bisa membuat semua lebih efisien,"
Brebes (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan program sinergi aksi untuk ekonomi rakyat bisa membuat pengadaan komoditas pangan, khususnya bawang merah, menjadi lebih efisien.

"Semua akan melakukan upaya mulai dari persiapan tanam, teknologi, tata niaga, sampai pasca panen. Ini bisa membuat semua lebih efisien," kata Agus seusai acara peluncuran program sinergi aksi untuk ekonomi rakyat di Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Brebes, Jawa Tengah, Senin.

Agus optimistis program yang baru diluncurkan untuk stabilisasi harga pangan dan menyejahterakan petani ini bisa terlihat hasilnya dalam enam bulan, sehingga harga bawang merah yang selama ini menyumbang inflasi tinggi bisa dikendalikan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada Maret 2016 sebesar mencapai 0,19 persen, didukung oleh tingginya harga bawang merah di berbagai daerah. Bahkan harga bawang merah paling tinggi berada di Tegal, yang berdekatan dengan Brebes, salah satu sentra bawang merah nasional.

Untuk itu, Agus mengatakan implementasi program sinergi aksi untuk ekonomi rakyat harus dilakukan dengan konsisten agar harga bawang merah bisa lebih terkendali sepanjang tahun dan tidak bergejolak ketika justru terjadi masa panen.

"Bawang merah ini kenaikan harganya sampai 30 persen lebih pada Maret dan bobotnya ke inflasi 0,66 persen, makanya komoditas bawang atau cabai kalau tidak dijaga stabilitas harganya, maka inflasi nasional terpengaruh," ujarnya.

Program sinergi aksi untuk ekonomi rakyat bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup pelaku usaha di pedesaan, dengan cara memberikan kesempatan bekerja yang layak bagi petani, peternak, dan nelayan.

Brebes terpilih menjadi tempat percontohan program ini karena merupakan sentra komoditas bawang merah di Indonesia yang berkontribusi kepada laju inflasi nasional, namun kesejahteraan petaninya relatif rendah karena sebagian keuntungan dinikmati oleh pedagang perantara.

Program yang dipimpin Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ini diselenggarakan melalui kerja sama dengan Kementerian Pertanian, Kementerian ATR/BPN, Kementerian Kominfo, Kementerian Perdagangan dan Kementerian UKMK.

Selain itu, Kementerian BUMN, Kementerian Desa, Transmigrasi dan Daerah Tertinggal, Kementerian KKP, Kementerian PUPR, BI, OJK, Pemda Provinsi Jawa Tengah, Pemda Kabupaten Brebes, BUMN-BUMN, Lembaga Keuangan Swasta dan pengembang aplikasi, serta pemangku kepentingan lainnya.

Dalam program sinergi aksi untuk ekonomi rakyat ini, BI memberikan dukungan berupa pelaksanaan tugas menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi dari bahan makanan di berbagai daerah secara komprehensif mulai hulu hingga hilir.

Dukungan itu antara lain dengan mengenalkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) serta meluncurkan aplikasi berbasis andorid untuk memantau pergerakan harga dan produksi komoditas, atau Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (SiHaTi) untuk Provinsi Jawa Tengah.

Saat ini, PIHPS secara nasional telah mengintegrasikan data dari 32 provinsi, 127 kabupaten kota dan 312 pasar dari seluruh Indonesia.

Kemudian, mengenalkan Pusat Pelatihan Budidaya Bawang Mewah di Brebes untuk membuka peluang seluas-luasnya kepada pemangku kepentingan yang ingin mempelajari budidaya komoditas ini dengan dukungan teknologi terkini.

Selain itu, adanya perluasan akses keuangan melalui Layanan Keuangan Digital (LKD) atau elektronifikasi, dan pengenalan transaksi elektronis kepada petani. Dengan LKD, transaksi pembelian bibit, pupuk, dan pembayaran tenaga kerja penanaman bawang dapat dilakukan secara non tunai.

Terakhir, penyerahan bantuan benih bawang putih lokal kepada kelompok tani binaan BI sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap impor komoditas tersebut.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016