Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengelar pertemuan pemimpin Islam moderat internasional (International Summit of the Moderate Islamic Leader/ISOMIL) di Jakarta, 9-11 Mei, sebagai ikhtiar untuk mendamaikan konflik di Timur Tengah dan sejumlah negara Asia.

"ISOMIL ini sebagai sarana diplomasi bagi negara Islam yang sedang dilanda konflik," kata Ketua Panitia ISOMIL Imam Aziz di Jakarta, Jumat.

Imam mengatakan bahwa Indonesia sebagai bangsa Muslim terbesar di dunia yang posisinya netral dalam berbagai konflik internasional sangat mungkin menjadi penengah sekaligus juru damai dalam konflik yang melibatkan umat Islam di berbagai negara.

Dan NU, Imam melanjutkan, punya pengalaman dalam resolusi sejumlah konflik di dalam dan luar negeri, termasuk di Afghanistan.

Menurut dia, kemelut di Timur Tengah bersumber dari radikalisme yang kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Radikalisme mengatasnamakan Islam, kata Imam, akan terus tumbuh dan menyebar di berbagai tempat dan membuat berbagai konflik sulit terselesaikan.

"Di sinilah peran aktif Indonesia dalam menjalankan diplomasi internasional sangat diharapkan banyak pihak," katanya.

Oleh karena itu, NU menginisiasi pertemuan para pemimpin dunia Islam yang diharapkan bisa melahirkan resolusi dan kesepakatan antarnegara berpenduduk Muslim untuk bersama-sama mengakhiri konflik dengan mencegah penyebaran radikalisme.

"NU akan mendorong peran aktif para ulama dan tokoh masyarakat dari negara-negara peserta ISOMIL untuk mengembangkan pemahaman keagamaan Islam yang moderat dan menggalang konsolidasi global para ulama dan umat Islam untuk menginisiasi perdamaian," katanya.

Koordinator ISOMIL Juri Ardiantoro menambahkan, pengalaman NU dalam menangani konflik keagamaan di luar negeri telah terbukti, di antaranya dengan terbentuknya organisasi NU Afghanistan (NUA) tahun 2011. Organisasi itu kini telah berkembang dan berdiri di 22 provinsi di negara tersebut.

"NU di Afganistan telah menyatukan lebih dari 6.000 ulama setempat dan berperan dalam meredakan konflik yang sebelumnya sulit dihentikan di Afghanistan. Kini, jika kita melihat berita tentang Afghanistan, bukan lagi tentang perang atau konflik antarsuku, tetapi tentang upaya serius pemerintah menghadang terorisme dan sikap ulama setempat yang menolak radikalisme," kata Juri.

Ketua NUA Fazal Ghani Kakar diundang dalam diskusi yang digelar PCNU Kota Bogor pada Rabu (4/5), tempat dia menyatakan bahwa dia dan ulama setempat mengadopsi prinsip dan ajaran NU di Indonesia, dan mempelajari pola dakwah para ulama NU di Indonesia.

NUA juga mengirimkan para pelajarnya untuk bermukim mengaji di pesantren dan kuliah di sejumlah perguruan tinggi NU di Jakarta.

"Kehadiran NU di Afghanistan diharapkan menjadi sebuah oase di tengah-tengah keinginan rakyat Afghanistan yang cinta damai, dan umumnya menganut ajaran ahlussunah waljamaah," kata Fazal.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016