Bandung (ANTARA News) - Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menggelar seni wayang golek dengan lakon Semar Tandang di Jalan Ir Soekarno, Bandung pada Senin malam (30/5) dalam rangka menyosialisasikan empat pilar.

"Dalam kerangka pembangunan karakter bangsa, MPR sesuai amanat Undang-undang Nomor 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD tengah melakukan gerakan pemasyarakatan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika kepada seluruh komponen bangsa, melalui berbagai metoda, termasuk pertunjukan wayang golek karena wayang golek merupakan pusaka kebudayaan bangsa Indonesia yang di dalamnya tersirat nilai seni tinggi dan moralitas yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa sekaligus mengokohkan kepribadian bangsa Indonesia serta mampu menajdi media komunikasi dan transformasi perkemabngan kebudayaan Indonesia," kata Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid saat menghadiri pertunjukan wayang di Jalan Ir Soekarno, Bandung pada Senin malam (30/5).

Semar Tandang, menurut Hidayat, mengandung banyak nilai luhur, salah satunya adalah keteguhan dan perjuangan di mana lakon Arjuna memiliki tekad tinggi menimba ilmu untuk meningkatkan kemampuan.

"Secara tegas kisah Semar Tandang membawa pesan untuk senantiasa sabar dan tegar dalam menghadapi setiap tantangan kehidupan. Semoga lakon yang dibawakan dalang Ki Dadan Sunarya ini dapat memberikan pemahaman dan makna serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika kepada kita semua," pungkas Hidayat.

Pertunjukan Wayang Golek merupakan salah satu acara rangkaian Peringatan Pidato Bung Karno, 1 Juni yang digelar MPR.Puncak acara akan dilakukan dengan Napak Tilas ke penjara Banceuy pada 1 Juni mendatang.

Semua Pimpinan MPR, Presiden RI, serta seluruh tamu undangan akan berjalan kaki dari Gedung Merdeka ke Penjara Banceuy, penjara legendaris yang dibangun Belanda pada 1877.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016