Saya minta dilakukan perombakan dan perbaikan yang konkret terhadap sistem pendidikan vokasi ini,"
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo meminta untuk bisa membalikan piramida tenaga kerja yang saat ini mayoritas masih berpendidikan SD dan SMP menjadi tenaga kerja yang terdidik dan terampil.

Hal ini diungkapkan Jokowi saat memimpin rapat terbatas yang membahas pendidikan dan pelatihan vokasi di Kantor Presiden Jakarta, Selasa.

Presiden meminta para pembantunya untuk melakukan evaluasi terhadap angka pengangguran pemuda pada 2010 yang sebesar 23,23 persen untuk level usai 15-19 tahun dan angka ini meningkat menjadi 31,12 persen pada akhir 2015.

Sedangkan ditinjau dari latar belakang pendidikan proporsi pengangguran terbesar adalah lulusan SMK sebesar 39,84 persen, dimana justru lulusan SMA sebesar 6,95 persen, SMP 5,76 persen, SD 3,44 persen dari total pengangguran terbuka 7,56 juta sebesar 20,76 persen berpendisikan SMK.

"Saya minta dilakukan perombakan dan perbaikan yang konkret terhadap sistem pendidikan vokasi ini," kata Presiden.

Jokowi meminta untuk melakukan lagi reorientasi pendidikan dan pelatihan vokasi terhadap "demand driven" (pengerak permintaan) sehingga kurikulum materi pembelajaran, praktek kerja dan sertifikasi bisa sesuai dengan permintqan dunia usaha dan industri.

"Libatkan dunia industri karena mereka lebih faham kebutuhan tenaga kerja," kata Jokowi kepada para menterinya yang hadir.

Presiden meminta pendidIkan dan pelatihan vokasi fokus pada pengembangan SMK sektor-sektor ungulan, seperti maritim, pariwisata, pertanian, insustri kreatif.

"Ini harus terintegrasi dan penyelenggaraan pendidikan pelatihan vokasi ini mulai dari SMK, kursus-kursus di BLK (Balai Latihan Kerja)," katanya.

Presiden juga meminta adanya aturan yang mempermudah penciptaan sekolah-sekolah ketrampilan swasta untuk mengejar ketertinggalan kebutuhan sumber daya terampil dengan negara lain.

Dalam kesempatan ini, Presiden juga mengatkan bahwa dalam era kompetisi antar negara semakin sengit dan semakin berat ini, sebenarnya Indonesia memiliki kekuatan yang besar, yaitu yaitu 60 persen penduduknya adalah pemuda.

"Ini kekuatan, kalau kita bisa mengelola, kalau kita bisa memanfaatkan. Ini potensi kekuatan," katanya.

Menurut Presiden, jumlah tersebut akan terus mejingkat hingga 195 juta penduduk usai produktif di 2040 yang akan datang.

"Angka yang besar ini akan jadi potensi penggerak produktivitas nasional apabila kita bisa menyiapkan mulai dari sekarang," jelasnya.

Namun, lanjutnya, sebailiknya jika tidak disiapkan dengan baik akan menjadi potensi masalah, utamanya potensi pengangguran.

"Untuk itu kita harus betul-betul fokus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas sehingga bisa menyiapkan lompatan kemajuan mengejar ketertinggalan dengan negara lain," kata Presiden.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016