Jakarta, 7/10 (Antara) - Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas menilai kelompok yang menyebut Pancasila sebagai "thaghut" atau berhala adalah kelompok ahistoris.

"Pihak-pihak yang memberhalakan Pancasila itu pasti tidak memiliki nilai historis dengan keindonesiaan kita," kata Yaqut di Jakarta, Jumat.

Menurut anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKB ini, pendapat yang memberhalakan Pancasila sangat tidak berdasar dan memutarbalikkan makna nilai luhur bangsa Indonesia itu.

"Kami mengutuk keras mereka-mereka yang mencoba mengganti Pancasila dengan ideologi yang lain," kata Gus Tutut, sapaan akrab putra salah satu pendiri PKB KH Muhammad Cholil Bisri ini.

Untuk itu, GP Ansor mendorong dan menuntut pemerintah, dalam hal ini Polri dan TNI, untuk lebih tegas terhadap kelompok radikal, dan tidak memberi ruang kepada kelompok radikal untuk berkembang biak di Indonesia.

"Kelompok-kelompok seperti ini harus segera ditindak tegas. Mereka sangat berbahaya karena upaya mereka merongrong ideologi bangsa Indonesia," kata Gus Tutut.

Hal senada dikemukakan Ketua Umum Pepabri Jenderal (Purn) Agum Gumelar. Menurut dia penilaian kaum radikal yang menyamakan Pancasila dengan berhala itu sangat keliru.

Menurutnya, Pancasila adalah rumusan agung para pendiri dan pahlawan bangsa yang sudah diterima sekitar 97 persen penduduk Indonesia sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi.

Justru, kata mantan Menko Polhukam ini, yang harus dilakukan sekarang adalah mengimplementasikan Pancasila agar tidak menjadi sekadar jargon atau retorika.

"Sekarang ayo bersama-sama mencari solusi paling baik dan paling bijak agar Pancasila ini bisa kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari," kata dia.

Menurut dia, peran Mendikbud sangat besar untuk menciptakan sistem pendidikan yang bisa menghasilkan manusia Indonesia yang Pancasilais, berdaya saing tinggi, sekaligus berwawasan kebangsaan.

"Di samping mengejar ilmu, mereka juga harus dibentuk karakternya. Jadi apa yang kita pernah lakukan, seperti upacara bendera dan pelajaran sejarah, lebih difungsikan lagi. Itu untuk menanamkan jiwa dan nasionalisme sedini mungkin," kata Agum.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016