Jakarta (ANTARA News) - Pameran ekspor berskala internasional Trade Expo Indonesia (TEI) 2016 yang digelar pada 12-16 Oktober 2016 diharapkan menjadi wadah bagi para pelaku usaha untuk menjalin kerja sama bukan hanya berupa transaksi langsung akan tetapi juga kerja sama jangka panjang.

"Selain menargetkan transaksi langsung, TEI juga merupakan investasi jangka panjang. Hubungan bisnis yang terjalin merupakan modal yang sangat berharga," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat memberikan laporan penyelenggaraan TEI 2016, di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu.

Enggartiasto mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk terus memantau tindak lanjut atau kerja sama antara pelaku usaha di tanah air dengan pembeli internasional setelah TEI 2016 selesai digelar. Diharapkan, hubungan dagang antar pelaku usaha bisa berlangsung untuk jangka panjang, produk makin beragam dan memiliki nilai tinggi.

"Karena itu kami mendorong penandatanganan kontrak dagang antara eksportir Indonesia dengan berbagai pembeli luar negeri. Kami juga menerima kunjungan kehormatan dari berbagai negara sahabat, untuk membicarakan hubungan perdagangan lebih dalam untuk jangka panjang," ujar Enggartiasto.

Enggartiasto menjelaskan, tercatat sudah ada komitmen untuk kesepakatan dagang senilai kurang lebih Rp2,6 triliun dari 14 negara. Nilai transaksi tersebut diprediksi akan terus mengalami kenaikan dan menambah transaksi perdagangan khususnya untuk barang yang ditargetkan sebesar 800 juta dolar Amerika Serikat.

"Antusiasme peserta dan pembeli potensial sangat membanggakan, sampai saat ini ada sebanyak 1.100 peserta pameran dari perusahaan nasional, dan jumlah pembeli potensial yang terkonfirmasi hadir mencapai 15.562 orang dari 120 negara," kata Enggartiasto.

Enggartiasto menambahkan, dalam perjalanan Trade Expo Indonesia selama 31 tahun dinilai tidak mudah untuk menjaga konsistensi dan antusiasme komunitas bisnis untuk terus berpartisipasi, selain juga adanya masalah dari perlambatan perekonomian dunia.

"Kelesuan perekonomian telah berimbas terhadap persaingan antar negara yang makin keras dan makin bernuansa proteksionis, bahkan mulai mencoba untuk menyiasati rambu-rambu kesepakatan perdagangan," kata Enggartiasto.

Namun, lanjut Enggartiasto, Indonesia tidak mau terjebak dalam suasana persaingan tidak sehat tersebut dan menghadapi persaingan secara elegan namun kita berpegang pada prinsip keterbukaan dan penguatan daya saing. Indonesia tetap pada komitmennya menciptakan situasi ekonomi yang kondusif di kawasan Asia dan dalam perdagangan internasional pada umumnya.

"Karena itu, Indonesia harus bisa menjaga dan meningkatkan kualitas produk, melakukan pemasaran yang kreatif, mendorong terciptanya inovasi, menjaga struktur biaya agar lebih efisien yang muaranya meningkatkan daya saing produk ekspor kita di pasar internasional sehingga produk kita lebih kompetitif," tutur Enggartiasto.

Enggartiasto menambahkan, selama ini Indonesia telah memiliki produk unggulan, namun perlu juga untuk memunculkan produk-produk baru yang dikembangkan menjadi produk unggulan baru.

Menurutnya, hal tersebut juga berlaku pada negara tujuan ekspor, jangan hanya menyasar pasar-pasar tradisional saja, akan tetapi juga pasar-pasar baru yang selama ini belum pernah disentuh. Sebenarnya, terlihat dari kecenderungan tren peningkatan neraca perdagangan ke negara baru tujuan ekspor.

"Salah satu tujuan TEI kali ini adalah diversifikasi pasar tujuan ekspor. Ada pasar tradisional yang selama ini sudah mendapat kepercayaan dan hubungan dagang yang baik, dan hal ini tetap kita jaga. Namun kita juga harus mencari pasar baru," kata Enggartiasto.




Kementerian Perdagangan menargetkan transaksi perdagangan barang pada TEI 2016 kurang lebih sebanyak 800 juta dolar AS, diluar transaksi jasa dan juga peluang investasi. Secara keseluruhan, diharapkan transaksi yang terjadi mampu menembus angka satu miliar dolar AS, dimana pada tahun sebelumnya total transaksi senilai 909 juta dolar AS.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016