Jakarta (ANTARA News) - Indonesia memprioritaskan kemitraan ekonomi dengan Australia dalam skema Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA) pada 2017.

"Untuk perundingan internasional terkait industri, prioritasnya tahun depan adalah IA CEPA dan Indonesia-European Union CEPA," kata Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Harjanto di Jakarta, Jumat.

Harjanto menyampaikan, dalam menjalin kerja sama dengan Australia, Indonesia membidik beberapa hal, di antaranya transfer teknologi dan mengolah sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah.

Terkait hal tersebut, pasar Australia bukan menjadi sasaran utama kerja sama dengan negeri kanguru, mengingat pasar Indonesia lebih besar.

"Trade balance bukan sasaran utamanya. Australia kan punya sumber daya alam yang banyak dibutuhkan Indonesia. Nah, kita bisa ambil dari sana, kemudian diolah di dalam negeri, sehingga bisa lebih bernilai tambah," ungkap Harjanto.

Sementara itu, dari sisi teknologi, lanjut Harjanto, Australia bisa dibilang memiliki teknologi yang lebih canggih dibandingkan Indonesia dibidang industri, sehingga melalui kerja sama tersebut, terdapat transfer teknologi untuk industri yang ada di dalam negeri.

Selain kemitraan bilateral dengan Australia, Harjanto menyampaikan, Indonesia juga akan memprioritaskan hubungan dengan Uni Eropa melalui Indonesia-EU CEPA tahun depan.

Pasalnya, terdapat beberapa industri yang sudah siap menembus pasar Eropa, sehingga membutuhkan dukungan berupaya kerja sama dari pemerintah, agar dapat bersaing dari segi tarif.

"Misalnya industri tekstil, mereka kan banyak ekspor ke sana. Nah, dengan adanya hubungan bilateral, mereka dapat lebih berdaya saing soal tarif," tambahnya.

Selain itu, Harjanto menambahkan, beberapa negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam, juga mulai membangun kerja sama dengan negara-negara di Benua Biru.

Menurutnya, jika Indonesia ingin bersaing di level yang sama, maka dibutuhkan kerja sama bilateral tersebut.

"Kalau tarif mereka nol, sedangkan kita misalnya mendapat 15 persen untuk barang kita bisa masuk ke sana, itukan kita sudah kurang berdaya saing. Oleh karena itu, kita memerlukan kerja sama itu agar sama-sama berdaya saing," ungkapnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2016