Sampit, Kalteng (ANTARA News - Desa Sebabi Kecamatan Telawang Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, masih menjadi perhatian banyak pihak setelah sempat dilanda hujan es dan angin kencang pada Jumat (20/10) sore lalu.

"Kami dari BPBD bersama BMKG Haji Asan Sampit sengaja meninjau ke lokasi untuk melihat secara langsung karena kejadian ini cukup langka," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Darerah Kotawaringin Timur, Sutoyo di Sampit, Senin.

Jumat (20/10) lalu, masyarakat Desa Sebabi dikejutkan dengan angin kencang yang melanda desa itu, khususnya di RT 7 dan RT 8. Warga bertambah heran karena hujan yang kemudian turun dengan derasnya, didahului hujan es.

Sutoyo mengatakan, peninjauan itu dilakukan untuk melihat dampak yang terjadi akibat angin kencang dan hujan es di desa itu. Terlihat sejumlah pohon tumbang, atap rusak dan parabola warga yang rusak akibat angin kencang saat itu. Bahkan ada tenda warga yang sedang menggelar pesta perkawinan, juga terbalik dihantam angin kencang.

Masyarakat bersyukur karena tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Namun diakui, hujan es yang sempat terjadi, menjadi pengalaman unik tersendiri yang dirasakan masyarakat desa setempat karena fenomena itu sangat jarang terjadi.

"Menurut warga, sekitar sepuluh tahun lalu juga pernah terjadi hujan es. Namun, fenomena langka itu tentu tetap menjadi perhatian," kata Sutoyo.

Sutoyo mengimbau masyarakat mewaspadai cuaca ekstrem saat masa pancaroba dari musim kemarau ke musim penghujan saat ini. Masyarakat diingatkan tidak memaksakan beraktivitas di luar rumah saat cuaca buruk.

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Haji Asan Sampit, Nur Setiawan juga ikut meninjau ke lokasi hujan es. Mereka meminta informasi warga sebagai bahan dalam mengkaji fenomena langka tersebut.

"Memang benar terjadi fenomena langka hujan es di Sebabi. Dari informasi warga, saat kejadian itu awan hujan di lokasi itu terjadi angin dan awan yang pergerakannya tidak menentu. Saat awal kejadian, pergerakan awan dari Timur Laut namun sesaat kemudian pergerakannya berbalik arah, sehingga di lokasi tersebut terjadi golakan atau pusaran awan Cb (cummulunimbus) yang cukup rendah dan butiran kristal es jatuh ke permukaan," jelas Nur Setiawan.

Ketua Badan Pertimbangan Desa Sebabi, Desha mengatakan, hujan es yang terjadi sore itu sempat mengagetkan masyarakat setempat. Butiran es dengan diameter diperkirakan setengah sentimeter itu terdengar keras jatuh di atap rumah sehingga membuat masyarakat berlindung karena takut terluka.

"Hujannya sekitar 15 menit, tapi hujan es itu paling sekitar satu hingga dua menit. Awalnya ada angin kencang, kemudian hujan es, setelah itu baru hujan air biasa. Tanda-tandanya sebenarnya sudah terasa, yakni pada siang hari udaranya sangat gerah, tapi kami tidak memahami itu," kata Desha.

Hujan es menjadi fenomena yang cukup unik dan masih diperbincangkan masyarakat setempat karena sangat jarang terjadi. Namun menurut Desha, hujan es juga pernah terjadi di desa itu pada tahun 1968 silam. Sama seperti Jumat sore, hujan es saat itu juga hanya terjadi sebentar.

Pewarta: Norjani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017