Jakarta (ANTARA News) - Keadaan industri rotan di Indonesia dinilai masih tidak sehat karena pertumbuhannya saat ini kurang dari 10 persen, bahkan minus dari nol persen. "Kita ingin pertumbuhan industri rotan betul-betul sehat. Kalau pertumbuhan industri rotan hanya lima persen saja, masih kurang sehat," kata Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (Amkri), Hatta Sinatria, di Jakarta, Senin. Menurut Hatta, industri rotan Indonesia harus segera disehatkan sekarang. Saat ini di Cirebon ada sekitar 425 perusahaan rotan, lima puluh persen tidak beroperasi. Ia mengatakan kemungkinannya akan lebih banyak lagi perusahaan rotan akan tutup, beberapa diantaranya perusahaan asing dari Taiwan. "Saat ini dia sudah mengurangi tenaga kerja, unit produksi dijual dan akan pindah ke yang lebih kecil," katanya. Menurut Hatta, kerugian yang mendera industri rotan nasional cukup besar mencapai miliaran rupiah. Lebih lanjut, katanya, rencana Departemen Perindustrian untuk membuat sentra-sentra industri rotan baru di beberapa daerah mulai dari Aceh, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua, menjadi solusi agar bahan baku tidak di ekspor keluar negeri. "Justru nanti daerah lain belajar dari desain senter Cirebon. Tidak masalah Palu mengembangkan sentra rotan juga, Indonesia nantinya akan menjadi barometer produk rotan dunia," ujarnya. Lebih lanjut, Hatta mengatakan, keinginan Amkri sendiri industri rotan tanah air semakin berkembang sehingga tidak ada lagi ekspor bahan baku karena terserap oleh pasar dalam negeri. Selain itu, dapat menjaga daya saing dengan produsen rotan lain seperti Cina dan Vietnam.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008