London, ANTARA News) - Pangeran William dari Inggris telah berkunjung secara diam-diam ke Afghanistan untuk menemui pasukan Inggris, demikian laporan Clarence House, Selasa. William naik pesawat angkut militer C-17 Globemaster dari pangkalan RAF, Brize Norton, Oxfordshire, Ahad, dan tiba di Bandara Kandahar, Senin. Dia menghabiskan waktu tiga jam bersama personel militer Inggris yang bertugas di lapangan udara tersebut lalu kembali ke Inggris, kata jurubicara Clarence House. Jurubicara Clarence House mengatakan, "Tujuan kunjungan itu agar Pangeran William tak merasa asing dengan berbagai operasi RAF di lapangan." "Ia terbang sebagai awak pesawat angkut C-17, Ahad pagi, dan mendarat di Kandahar --tempat ia menghabiskan waktu tiga jam untuk menerima penjelasan mengenai berbagai operasi RAF dan pangkalan di sana," kata jurubicara Pangeran yang berusia 25 tahun tersebut. Pangeran William kemudian terbang naik pesawat-angkut lain ke pangkalan RAF di Qatar, dan menghabiskan waktu dua jam untuk menerima berbagai penjelasan lalu kembali ke Inggris, Senin sore. Jurubicara itu mengatakan perjalanan tersebut telah direncanakan sebelumnya. "Ia telah bertugas di RAF selama tiga bulan, dan mempelajari bagaimana RAF beroperasi pada seluruh aspek dinas. Puncaknya ialah menyaksikan langsung RAF di lapangan." Perjalanan yang memerlukan waktu sekitar 30 jam itu, "berlalu tanpa halangan", kata jurubicara tersebut. Pangeran Wales dan Ratu telah memberi restu bagi Pangeran William untuk melakukan perjalanan tersebut, katanya. Kunjungan Pangeran William ke Afghanistan dilakukan lebih dari satu bulan setelah adiknya, Pangeran Harry, menyelesaikan dinas 10-pekan di negeri tersebut. Awal bulan ini, Pangeran William menerima lencana kelulusannya sebagai pilot RAF dari ayahnya, Pangeran Charles, setelah menjalani pelatihan yang lebih cepat dari biasanya. Ia kemudian menyulut kontroversi karena mendaratkan satu helikopter RAF di rumah pacarnya selama kegiatan pelatihan, kendati Kementerian Pertahanan membela tindakannya dengan dalih "telah mendapat wewenang sepenuhnya". (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008