Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 50 kusir delman yang tadinya beroperasi di Monas melakukan aksi unjuk rasa di depan Balai Kota Jakarta, Rabu, menuntut agar delman diizinkan beroperasi kembali di Monas. Perwakilan Persatuan Perjuangan Delman Betawi (PPDB) kemudian ditemui Asisten Kesejahteraan Masyarakat Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Aurora Tambunan untuk menyampaikan tuntutannya tersebut. Aurora menjelaskan bahwa saat ini pihak Pemprov DKI masih mengkaji bagaimana menghilangkan atau mengurangi polusi udara dari bau kencing kuda yang dikeluhkan oleh masyarakat pengunjung Monas. "Ada survei terakhir, bau kencing kuda sangat mengganggu. Ternyata Monas nggak sama seperti yang dulu. Kalau dulu serapannya langsung ke tanah, sekarang tanah Monas telah mengalami pengerasan, jadi air kencing kuda tidak langsung diserap tanah. Dan kalau menguap baunya sangat menyengat. Banyak keluhan dari masyarakat yang berolah raga di sana, yang merupakan masyarakat Jakarta juga," kata Aurora. Dinas Peternakan DKI disebut Aurora sedang juga melakukan kajian apakah bisa mengurangi polusi bau dari kencing kuda misalnya dengan memberikan pakan khusus, namun kajian itu juga belum selesai. "Kita cari solusi yang lebih baik, tetapi sebelum ditemukan, tolong aturan (larangan beroperasi) itu diperhatikan," kata Aurora. Delman dilarang beroperasi di Monas sejak bulan Juni 2007 dengan surat edaran Walikota Jakarta Pusat dan sejak itu, sebanyak 90 kusir delman yang tergabung dalam PPDB rutin melakukan aksi unjuk rasa tiap minggu menuntut untuk beroperasi kembali. Kusir delman tersebut menolak adanya relokasi karena tempat lain dinilai tidak memberikan nilai ekonomis yang tinggi, tidak seperti Monas. "Kami pernah ditawari beroperasi di Museum Fatahillah tetapi kami mencari tempat wisata yang banyak anak kecilnya. Museum Fatahillah itu hiburan orang dewasa, 17 tahun ke atas," kata Aceng, salah satu kusir. Sementara itu, ormas Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) yang mendampingi para kusir delman itu menyebut bahwa Pemerintah harus dapat memberikan jaminan kesejahteraan kepada para keluarga yang kehilangan mata pencarian itu. "Negara harus mengganti berapa uang yang dihasilkan tiap harinya oleh para kusir ini. Negara harus memberikan jaminan penghasilan," kata Iswadi dari SRMI. Aurora menyebut bahwa pihaknya tidak dapat memberikan jaminan penghasilan tersebut dan berharap agar para kusir delman tersebut dapat beralih mencari mata pencarian yang lain. "Seperti dulu waktu dihapuskannya becak, sempat ada protes. Namun para tukang becak tersebut sekarang dapat beralih pekerjaan sehingga bisa tetap mendapat penghasilan," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008