Palu (ANTARA News) - Puluhan aktivis pelajar dan LSM yang tergabung dalam "Front Rakyat Anti Imperialisme Sulawesi Tengah" (FRAI Sulteng) hari Jumat menggelar aksi unjuk rasa di Palu, menuntut pendidikan biaya murah. Dengan mengusung sejumlah spanduk dan pamflet berisikan berbagai tuntutan, mereka mendatangi kantor DPRD Kota Palu di Jln Mohammad Hatta. Damin, koordinator aksi, mengatakan pemerintah harus merealisasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari total APBN, guna menciptakan pemerataan pendidikan dengan biaya murah. "Selama ini pelajar mulai dari tingkat SD hingga SLTA sangat terbebani dengan berbagai pungutan, sehingga banyak di antara mereka terpaksa putus sekolah akibat orangtuanya tak memiliki kemampuan untuk membayar biaya pendidikan," katanya. Selain itu, Damin meminta penghapusan aneka pungutan liar di sekolah, seperti uang pembangunan, uang les, uang buku, uang baju, uang pendaftaran, uang praktium, dan uang lainnya, karena tidak memiliki landasan yuridis. Untuk itu, anggaran kesejahteraan pengajar harus segera ditingkatkan supaya tidak ada lagi pungutan yang memberatkan orangtua murid. Dalam aksi yang dikawal puluhan polisi itu, para pengunjuk rasa juga menolak RUU tentang Badan Hukum Pendidikan/BHP, karena dinilai dapat menimbulkan ketidakadilan bagi mahasiswa di perguruan tinggi. "DPR dan pemerintah harus mengkaji ulang RUU tersebut, supaya tercipta keadilan dalam dunia pendidikan," kata Damin. Aksi unjuk rasa serupa dalam rangka memperingati Hardiknas juga dilakukan oleh puluhan aktivis HMI Cabang Palu. Aksi mereka dilakukan di tengah jalan protokol SAM Ratulangi, di mana Gedung DPRD dan Kantor Gubernur Sulteng saling berhadapan. Irwan Belapa, koordinatorr aksi ini, dalam orasinya mendesak Pemprov Sulteng untuk memberikan pendidikan gratis kepada masyarakat miskin dan terpinggirkan yang selama ini kurang mendapatkan perhatian. "Semua warga mendapat hak sama dalam mengenyam pendidikan. Jadi, jangan kesampingkan kaum marjinal untuk mendapatkan pendidikan yang layak," katanya. Usai menyampaikan orasi, kedua kelompok massa yang berunjuk rasa ini membubarkan diri dan kembali ke markasnya masing-masing dengan tertib.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008