Jakarta (ANTARA News) - Seandainya pada 1967 Justian Suhandinata (62) termasuk dalam tim Piala Thomas Indonesia, mungkin ia tidak akan menjadi pengusaha sekaligus pemimpin klub bulutangkis papan atas layaknya saat ini. "Saya tidak berhasil masuk tim, karena kecewa saya keluar dari Pelatnas dan melanjutkan kuliah," ujar Ketua Umum Persatuan Bulutangkis (PB) Tangkas itu di Jakarta, Jumat. "Kalau saya terus berada di Pelatnas, saya tidak akan bisa sekolah dan berbisnis seperti sekarang," kata Justian, yang sejak berusia 13 tahun sudah menjadi sekretaris di klub yang dipimpinnya sekarang itu. Suami dari mantan anggota tim Piala Uber Indonesia, Poppy Tumengkol, tersebut sekarang mensyukuri nasibnya yang waktu itu hanya sampai menjadi anggota tim bayangan Piala Thomas. Gagal masuk tim Piala Thomas tidak membuat karir bulutangkis pria kelahiran Bandung 20 November 1946, yang sekarang memimpin PT Tunas Tangkas Primaraga Sakti yang tidak hanya membina bulutangkis itu, suram. Kakak kandung referee internasional, Juniarto Suhandinata --salah satu deputi referee Piala Thomas dan Uber 2008-- itu mempunyai catatan karir internasional yang cukup membanggakan. "Saya 16 tahun di IBF (badan bulutangkis dunia yang sekarang menjadi BWF), sembilan tahun di antaranya sebagai vice president," kata pemimpin klub yang sudah menghasilkan sejumlah pebulutangkis ternama, termasuk juara dunia dua kali ganda campuran Nova Widianto/Lilyana Natsir itu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008