Jakarta (ANTARA) - Bank Mandiri membantah beredarnya isu terkait terjadinya serangan siber di sistem IT perusahaan itu yang disebut-sebut akan mengalami kebangkrutan.

“Pesan gelap di media sosial dan aplikasi percakapan Whatsapp yang menginformasikan bahwa bank Mandiri mengalami kerugian, akan segera bangkrut dan akan diambil China adalah tidak benar," kata Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Menurut Rohan, tindakan penyebaran isu itu merupakan upaya pendiskreditan dengan tujuan merusak kepercayaan masyarakat, baik kepada Bank Mandiri, perekonomian Indonesia serta pemerintah RI.

Bank Mandiri, lanjutnya, merupakan bank milik pemerintah terbesar di Indonesia dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta Bank Indonesia.

"Dengan kondisi ini, tidak mungkin segala kejadian tidak dimonitor dan diawasi oleh kedua institusi tersebut. Kami melihat, informasi yang disebarkan melalui kanal media sosial tersebut seperti diskenariokan oleh pihak tertentu yang memiliki iktikas tidak baik untuk mengganggu perekonomian dan pemerintah,” tegas Rohan.

Rohan mengemukakan bahwa Bank Mandiri akan berkoordinasi dengan kepolisian untuk menindak pelaku penyebaran isu tersebut. Bank Mandiri pun mengimbau masyarakat tidak ikut menyebarkan berita bohong Karena dapat melanggar UU ITE.

Sebelumnya, di media sosial dan sejumlah grup WA isu serangan siber ini mengakibatkan kerugian Bank Mandiri mencapai sekitar Rp9 triliun.

Pada Sabtu, (20/7), Bank Mandiri juga menghadapi masalah pelik ketika layananya mengalami gangguan saat melakukan pemeliharaan sistem teknologi informasi.

Peristiwa ini cukup menyita perhatian publik, karena banyak nasabah yang mengaku saldo di rekeningnya bertambah secara drastis dan nasabah yang tiba-tiba mendapati saldonya menjadi angka nol.

Baca juga: Bank Mandiri dorong nasabah migrasi ke investasi lokal

Baca juga: Revolusi industri, Bank Mandiri kembangkan platform perbankan digital

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019