Bandung (ANTARA News) - Dosen Institut Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Drs Inu Kencana Syafei MSi menegaskan, dirinya menolak dimutasi menjadi pejabat eselon III di lingkungan Departemen Dalam Negeri. "Saya secara tegas menolak mutasi dan saya siap mundur sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), karena itu yang diinginkan IPDN maupun Depdagri," kata Inu yang dihubungi wartawan melalui ponselnya di Bandung, Kamis sore. Inu mengaku sebagian orang pasti senang kalau dirinya mundur dari PNS, karena itu yang dimaui mereka supaya korupsi, perkeliruan, narkoba, kekerasan dan kasus seks bisa dengan leluasa dilakukan di kampus IPDN. "Selama saya berada di lingkungan IPDN, mereka sulit melakukan perkeliruan itu, oleh karenanya mereka menyingkirkan saya ke Depdagri," kata Inu. Ia mengaku kecewa dengan pihak Depdagri yang secara mendadak memutasi dirinya untuk pindah dari IPDN ke Depdagri sebagai pejabat eselon III. Oleh karena itu, kata dia, dirinya langsung pulang dulu ke rumah di Bandung untuk mengetik surat penolakan seperti yang mereka inginkan. Sebelumnya dilaporkan, Inu Kencana secara mendadak dimutasi dan dilantik di Jakarta, Kamis, menjadi pejabat eselon III di lingkungan Departemen Dalam Negeri (Depdagri). "Tak jelas jabatan saya apa, yang jelas saya dipisahkan dari mahasiswa dan saya merencanakan mengundurkan diri dari pegawai negeri sipil," katanya. Saat ditemui pada acara diskusi yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia, Inu mengaku sangat kaget atas mutasi dadakan itu. Inu mengaku terpaksa bersedia dilantik oleh Plt Sekjen Depdagri, Seman Widjojo. "Saya tidak bisa menolak karena terikat pada perjanjian pegawai negeri yang harus bersedia ditempatkan di mana saja," katanya. Inu menilai mutasi itu sebagai proses pemecatan dirinya sebagai dosen IPDN. Ia ditempatkan di Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Depdagri. Inu mengaku tidak menerima surat keputusan dari Mendagri Mardiyanto soal mutasi itu, kecuali hanya surat undangan yang ditandatangani Seman Widjojo untuk dilantik pada tempat yang baru. Inu dikenal sebagai dosen yang berani membongkar aktivitas kekerasan yang menyebabkan kematian sejumlah siswa praja, penyalahgunaan narkoba, dan dugaan seks bebas di kampus IPDN. "Dengan kasus ini, saya tidak bisa lagi membongkar kekerasan, narkoba, dan seks bebas di IPDN," katanya. Inu beberapa waktu lalu juga menyatakan mencalonkan diri sebagai presiden. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008