Beirut (ANTARA News) - Pasukan Hizbullah menguasai sebagian besar wilayah Beirut, Jumat, hari ketiga pertempuran antara kelompok pro-Iran itu dan tentara yang setia kepada pemerintahan koalisi dukungan AS. Sumber-sumber keamanan mengatakan sedikitnya 10 orang tewas dan 20 lagi cidera. Gencarnya ledakan granat dan menggelegarnya tembakan senjata otomatis terdengar pada tengah malam, dalam perselisihan internal terburuk sejak perang saudara 1975-90. Para pria bersenjata yang loyal kepada Hizbullah, Jumat, memaksa jaringan televisi pro-pemerintah, Future News, yang berpusat di Beirut untuk tidak mengudara, kata seorang pejabat senior di stasiun Beirut itu, sebagaimana diwartakan Reuters. Televisi Future News dimiliki oleh Saad Al-Hairi, pemimpin koalisi yang memerintah. Sumber-sumber keamanan mengatakan Hizbullah dan para pejuang dari gerakan Amal -- keduanya kelompok Syi`ah -- menyerbu kantor-kantor kelompok "Future" pimpinan Hariri di bagian barat Beirut yang didominasi Muslim. Kelompok Hizbullah juga mengambil alih kantor-kantor suratkabar "Al-Mustaqbal" pimpinan Hariri, kata saksi mata. Asap tebal keluar dari jendela-jendela bangunan perkantoran itu. Hizbullah, sebuah gerakan politik yang didukung tentara gerilya yang kuat, pada awal pertempuran telah menguasai semua jalan-jalan menuju bandara internasional Beirut -- satu-satunya bandara Lebanon yang menghubungkan dunia luar. Aksi kekerasan itu meledak setelah pemerintah memaklumkan bahwa jaringan komunikasi militer Hizbullah adalah ilegal. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, Kamis, mengatakan keputusan pemerintah tersebut merupakan suatu maklumat perang. Hariri telah mengusulkan suatu kesepakatan untuk mengakhiri aksi kekerasan, dan keputusan pemerintah itu telah memicu kemarahan Hizbullah. Dewan Keamanan (DK) PBB telah menyerukan agar "tenang dan mengendalikan diri", dan meminta semua pihak untuk kembali melakukan dialog secara damai. Gedung Putih meminta Hizbullah untuk berhenti membuat "kekacauan". Para pejuang Hizbullah dan Amal bergantian menembakkan senapan dan granat roket melawan kelompok bersenjata pro-pemerintah, termasuk para pejuang yang loyal terhadap gerakan "Sunni Future", di beberapa kawasan di Beirut. Hizbullah, yang didukung Iran dan Suriah, telah memimpin 17 bulan kampanye melawan kabinet pimpinan Perdana Menteri Fouad Siniora yang anti-Suriah. Kelompok itu merupakan satu-satunya faksi Lebanon yang diperbolehkan mempertahankan senjatanya setelah perang saudara memerangi pasukan Israel yang menduduki kawasan Lebanon selatan. Israel telah menarik mundur pasukannya dari kawasan Lebanon selatan pada 2000. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008