Jakarta (ANTARA News) - Pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir pekan ini bergerak fluktuatif karena belum ada kepastian jelang kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). "Pergerakan pasar tidak menentu, karena pelaku pasar masih bingung berapa dampak yang ditimbulkan oleh rencana kenaikkan BBM yang akan dilakukan oleh pemerintah," kata Analis Riset PT Recapital Securities, Poltak Hotradero, kepada ANTARA News di Jakarta, Jumat. Menurut Poltak, pergerakan indeks BEI cenderung tidak pasti arahnya, karena pemerintah belum memberikan harga pasti kenaikan BBM, sehingga pelaku pasar belum bisa menghitung berapa besar dampak yang ditimbulkan. Pada perdagangan akhir pekan ini, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI yang sempat naik di awal perdagangan sebesar 5 poin, kembali mengalami tekanan hingga sebesar 16 poin, namun ditutup turun tipis 1,906 poin. IHSG ditutup turun 0,08 persen menjadi 2.375,027, sedangkan indeks LQ45 melemah 0,684 poin atau 0,13 persen ke posisi 508,839. Poltak mengungkapkan, membaiknya indeks BEI ini lebih disebabkan oleh kenaikan saham-saham sektor tambang, seperti Bumi Resources yang menambah Rp50 ke posisi Rp7.350, Energi Mega Persada yang naik Rp20 menjadi Rp1.100, Aneka Tambang terangkat Rp25 ke level Rp3.700, Tambang Batubara Bukit Asam naik Rp50 ke Rp11.550 dan Tambang Timah naik Rp50 ke harga Rp33.250. Sementara turunnya beberapa saham unggulan lainnya, seperti Internasional Nickel yang terkoreksi Rp150 menjadi Rp6.450, Astra Internasional turun Rp300 ke harga Rp20.150 dan Bank BRI yang anjlok Rp200 ke posisi Rp6.050 telah menekan indeks BEI. Namun, pergerakan saham di BEI masih didominasi yang naik sebanyak 110 dibanding yang turun 77, sedangkan 71 stagnan dan 204 tidak aktif diperdagangkan. Transaksi yang terjadi sebanyak 65.944 kali dengan volume 2,766 miliar saham dan nilai Rp3,338 triliun. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008