Surabaya (ANTARA News) - Hari menjelang sore, matahari mulai tergelincir ke barat saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan menggunakan Kapal Republik Indonesia (KRI) dr. Soeharso meninjau pembangunan jembatan Surabaya-Madura yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura. KRI dr.Soeharso dengan nomor lambung 990 merupakan salah satu kapal rumah sakit yang memperkuat armada TNI Angkatan Laut, khususnya di bawah Satuan Kapal Bantu Komando Armada Timur. Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB ketika Presiden Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono tiba di atas kapal yang bersandar di pangkalan TNI AL Ujung Surabaya. Setelah mendapat laporan dari Komandan Kapal Letnan Kolonel Laut (P) Indarto Budiarto, Kepala Negara yang didampingi oleh sejumlah menteri kemudian masuk ke kapal tersebut. Dikutip dari situs resmi TNI, kapal yang dibangun di galangan Daesun Shipbuilding and Eng.Co.Ltd, Pusan, Korea Selatan sebelumnya merupakan kapal perang jenis Bantu Angkut Personel (BAP) saat diresmikan masuk jajaran TNI AL pada 21 Oktober 2003 dengan nama KRI Tanjung Dalpele-972. Pada 17 September 2007 berubah menjadi kapal jenis Bantu Rumah Sakit (BRS) dengan nama KRI dr. Soeharso-990. Matahari terus bergelincir menuju peraduannya ketika Presiden dan rombongan di atas kapal tersebut bergerak menuju proyek pembangunan jembatan Surabaya-Madura yang telah digagas sejak masa pemerintahan Presiden Soeharto. Proses menuju pembangunan jembatan itu sangatlah panjang bahkan studi awal sudah dilakukan sejak 1965 hingga memasuki dekade 1990-an namun baru bisa terealisir pembangunannya pada 2003 ditandai dengan Keputusan Presiden Nomor 79 tanggal 27 Oktober 2003 tentang pembangunan Jembatan Surabaya-Madura. Dalam Kepres tersebut dinyatakan pembangunan Jembatan Suramadu dilaksanakan sebagai bagian dari pembangunan kawasan industri, perumahan dan sektor lainnya dalam wilayah di kedua sisi ujung jembatan. Pelaksanaan pembangunan Jembatan Suramadu memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Jawa Timur dan Rencana Tata Ruang Kawasan (RTRK) Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan (Gerbang Kertosusila) serta Pamekasan, Sampang dan Sumenep. Panjang jembatan Suramadu adalah 5,438 km, jalan penghubung dari sisi Surabaya ke arah jembatan 4,35 kilometer sedangkan dari sisi Madura ke jembatan 11,5 kilometer. Menteri Pekerjaa Umum, Djoko Kirmanto yang mendampingi Presiden Yudhoyono mengatakan pemerintah merencanakan untuk membentuk badan pengembang jembatan Suramadu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah sekitar jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Madura itu setelah selesai. "Desember 2008 ini direncanakan kedua ujung jembatan akan bertemu dan pada April 2009 bisa dioperasikan untuk umum. Biaya yang digunakan sebesar Rp4,7 triliun," kata Djoko. Senja semakin mendekat menuju petang ketika KRI dr.Soeharso yang mempunyai spesifikasi panjang 122 m, lebar 22 m, draft 6,7 m dengan berat kosong 11.394 ton itu perlahan kembali berbalik arah menuju dermaga Ujung Surabaya membawa rombongan Presiden. Di atas Kapal yang memiliki 78 anak buah kapal (ABK), 65 staf medis dan mampu menampung 40 pasien rawat inap Presiden Yudhoyono sempat mengatakan semua pihak harus mendukung penyelesaian proyek yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat tersebut. "Mari kita semua bekerja sama agar jembatan ini dapat selesai dibangun tepat pada waktunya," katanya. Presiden mengatakan, dari laporan pemerintah daerah masih ada sejumlah lahan baik di sisi Madura maupun Surabaya yang belum dibebaskan. "Untuk masalah pembebasan tanah, saya mendapat laporan dari sisi Surabaya terdapat satu persen lahan yang belum dibebaskan, sementara dari sisi Madura terdapat tiga persen. Karena itu saya mengimbau warga untuk bisa bekerja sama," katanya. Selain itu Kepala Negara yang didampingi oleh Ibu Ani Yudhoyono, mengatakan pembangunan jembatan itu nantinya harus diikuti oleh pengembangan wilayah sekitarnya sehingga manfaatnya dapat betul-betul dinikmati masyarakat. Oleh karena itu, Presiden meminta baik pemerintah provinsi Surabaya maupun pemerintah kabupaten Bangkalan dapat bekerja sama dengan baik. Tak terasa, 30 menit sudah berlalu, kapal yang dalam keadaan darurat, bisa menampung 400 pasukan dan 3000 penumpang, dapat mengangkut 22 tank, 14 truk, 3 helikopter tipe Super Puma, 2 Landing Craft Unit (LCU) tipe 23 M dan 1 hovercraft dan dipersenjatai 1 meriam 40 MM Boffors dan 2 meriam 20 MM Oerlikon meninggalkan Selat Madura dan sampai di dermaga Pangkalan TNI AL Ujung Surabaya. Patung seorang perwira angkatan laut dengan menggunakan Pakaian Dinas Upacara (PDU) 1 lengkap dengan pedangnya yang dikenal dengan monumen Jalesveva Jayamahe seakan menyambut kedatangan kapal yang mengantarkan rombongan Presiden. Patung itu pun seakan memandang ke arah jembatan Suramadu, yang bila kelak selesai bisa menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. (*)

Oleh Oleh Panca Hari Prabowo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008