Jakarta (ANTARA News) - Ada Jusuf Kalla, ada canda. Mungkin ungkapan itu pas bagi Wakil Presiden Jusuf Kalla. Hampir selalu saja ada "banyolan" di setiap pidatonya. Begitupun ketika membuka Munas IV Forum Komunikasi Silaturahmi Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (Foksika PMII) di Istana Wapres, Jakarta, Jumat. "Apa bedanya kyai khos di Nahdlatul Ulama (NU) dan kyai cash?," kata Wapres tiba-tiba. Pertanyaan tersebut dilontarkan Wapres di tengah-tengah pidatonya. Kontan saja ratusan peserta Munas terlihat terbengong-bengong. "Kalau kyai khos itu para kyai sepuh yang sangat dihormati di NU. Nah kyai cash artinya amplopnya besar..ha.ha," kata Wapres yang disambut gelak tawa. Belum usai gema ketawa, Wapres langsung menambahkan gimana nggak besar jika amplopnya untuk sekali ceramah sekian ratus ribu rupiah atau malah sekian juta rupiah. Namun "banyolan" tak hanya berhenti di situ. "Mana yang lebih NU antara Partai Golkar dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)?," tanya Wapres. Saat itu di antara peserta munas IV Foksika PMII hadir salah satu ketua PBNU Ahmad Bagja serta Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan juga Ketua Umum PKB (versi Gus Dur) Ali Maskur Musa. "Golkar itu lebih NU daripada PKB. Buktinya, Ketua Umumnya (DPP Partai Golkar Jusuf Kalla), pilkada Jatim Golkar calonkan Ketua NU, di Jateng Golkar calonkan wakilnya Ketua NU," kata Wapres. "Jadi jangan salah sangka Partai Golkar justru lebih NU daripada PKB," kata Wapres, yang tentu membuat gelak tawa peserta lainnya. Kesempatan itu juga digunakan Wapres untuk "menggandeng" kedua kubu PKB yang sedang berseteru. "Eh sebenarnya masalah PKB bisa selesai di Munas Foksika PMII ini. Kan dua-duanya (Muhaimin dan Ali Maskur Musa) anggota. Dan namanya saja silaturahmi. Jadi habis munas selesai, ada Islah (perdamaian) yaa," kata Wapres. Menurut Wapres, mungkin bagi kedua kubu "perbedaan" itu sebagai hal biasa. Namun, tambah Wapres, yang susah itu pemerintah. "Tapi islah itu bukan di sini (di kantor Wapres), tetapi di hati masing-masing," kata Wapres. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008