Jakarta (ANTARA) - Komunitas Relawan Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI) meluncurkan aplikasi daring KREKI-119 yang bisa digunakan untuk pertolongan pertama pada kondisi kegawatdaruratan yang terjadi di masyarakat.

Ketua Umum IndoHCF Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS di Jakarta, Sabtu mengatakan aplikasi KREKI-119 merupakan sistem pertolongan pertama pada kegawatdaruratan di masyarakat berbasis komunitas di mana penolongnya adalah masyarakat sendiri yang telah dilatih menjadi relawan.

"Seringkali pada saat terjadi kegawatdaruratan, orang yang paling cepat memberikan pertolongan adalah orang yang paling dekat pada saat kejadian. KREKI melatih masyarakat untuk menjadi relawan agar bisa memberikan pertolongan," kata Supriyantoro.
Baca juga: DKI dukung peluncuran aplikasi daring perizinan dokter

KREKI yang merupakan inisiasi dari Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF), adalah komunitas berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan seseorang memberikan sekaligus mendapatkan pertolongan dan penanganan gawat darurat secara cepat dan tepat.

KREKI dibangun guna mendukung program Sistem Penanggulan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dalam rangka meningkatkan mutu dan kecepatan pertolongan pertama terhadap penanganan gawat darurat.

"Waktu menjadi unsur terpenting dalam kondisi gawat darurat. Bayangkan jika dalam kondisi tersebut orang itu tidak ditangani secara cepat dan tepat. Yang seharusnya bisa selamat, justru malah memperparah kondisi korban atau bahkan meninggal dunia. Inilah yang melatarbelakangi pembentukan komunitas ini," kata Supriyantoro.

Ketua Umum IndoHCF Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS memberikan keterangan di Jakarta, Sabtu (31/8/2019). (ANTARA/Aditya Ramadhan)
Dia mengatakan, peristiwa gawat darurat seperti kecelakaan, penyakit akibat gaya hidup tidak sehat, atau bencana alam bisa terjadi pada siapa pun, kapan pun, dan dimana pun. Menurutnya, keadaan-keadaan tersebut membutuhkan penanganan yang tepat dan akurat agar tidak berakibat pada kecacatan permanen atau kematian.

Komunitas yang didirikan 5 Desember 2018 ini terdiri dari berbagai unsur di masyarakat baik individu maupun komunitas.

Untuk menjadi relawan, maka orang tersebut minimal telah mendapatkan pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) singkat tentang bagaimana teknik menolong orang dalam kondisi gawat darurat seperti henti jantung, tersedak benda asing, tersengat petir dan listrik, tenggelam, cara mengangkut korban, pembidaian, dan lain sebagainya. Pelatihan tersebut bisa diselenggarakan oleh KREKI sendiri ataupun organisasi maupun institusi yang berkompeten.
Baca juga: Wapres resmikan PR TV, layanan aplikasi TV daring

"Jadi, meskipun anggota komunitas adalah masyarakat awam tapi mereka telah memiliki kemampuan dan terlatih dalam memberikan pertolongan dalam kondisi gawat darurat," kata dia.

Aplikasi KREKI-119 bisa diunduh melalui Google Playstore di ponsel pintar berbasis Android. Dengan aplikasi tersebut memungkinkan korban atau orang terdekat mendapatkan pertolongan pertama dari relawan yang selanjutnya akan berkoordinasi dengan PSC-119 atau dengan fasilitas kesehatan terdekat untuk mengevakuasi dan merawat korban.

Hingga kini, lanjut Supriyantoro, KREKI telah memberi pelatihan BHD kepada 1.452 orang dari berbagai komunitas di Jakarta. Tidak hanya itu, KREKI juga aktif menjalin kerjasama dan kemitraan dengan berbagai yayasan, komunitas, dan pemerintah daerah.

"Kami berharap KREKI mampu membawa banyak manfaat, memberi kontribusi konstruktif bagi nusa dan bangsa, khususnya dalam hal penanganan kasus-kasus kegawatdaruratan di masyarakat yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia dan mendorong upaya konstruktif dalam hal peningkatan keselamatan dan keamanan di ranah kesehatan," kata dia.
Baca juga: Startup SehatQ hubungkan pengguna dengan 9.000-an dokter di Indonesia
Baca juga: Save Yourselves, tempat "curhat" masalah kesehatan mental


Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019