Kathmandu (ANTARA News) - Mantan Raja Nepal Gyanendra meninggalkan istana utamanya di Kathmandu pada Rabu malam dan menjalani kehidupan sebagai orang biasa di daerah pinggiran ibukota Nepal tersebut. Gyanendra dan istrinya, Komal Shah, pergi dengan sebuah mobil Mercedes hitam. Ratusan polisi antihuru-hara memagari pintu gerbang kompleks istana yang terletak di jantung kota percandian kuno itu. Teriakan "Hidup republik" bergema dari massa sekitar 500 orang yang menyaksikan kepergian Gyanendra, sementara sejumlah penduduk pro-kerajaan menangis. "Mantan Raja Gyanendra Shah dan istrinya Komal Shah telah meninggalkan istana dan menuju Nagarjun," daerah cagar alam di pinggiran Kathmandu, kata polisi Bharat Lama kepada AFP. Mantan raja itu, yang dianggap sebagai dewa oleh penganut Hindu, tidak menunjukkan emosi ketika ia pergi dalam sebuah konvoi kecil tiga kendaraan. Ia dan istrinya duduk di kursi belakang mobil Mercedes hitam. Keputusan untuk menghapuskan satu-satunya kerajaan Hindu di dunia itu diambil bulan lalu oleh sebuah dewan yang dibentuk sebagai bagian dari perjanjian perdamaian antara gerilyawan Maois dan partai-partai utama yang menyatukan kekuatan untuk menentang Gyanendra setelah ia merebut kekuasaan langsung di Nepal. Gyanendra naik takhta pada Juni 2001 setelah pembantaian di Istana dimana sebagian besar anggota keluarga kerajaan dibunuh. Penembakan membabi-buta dilakukan oleh putra mahkota saat itu yang sedang mabuk akibat minuman keras dan narkoba, yang marah karena ia dilarang menikahi wanita yang dicintainya. Pangeran itu kemudian bunuh diri.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008