Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) siap mengembangkan jenis tanaman padi yang hemat air, dan pada awal musim kemarau tahun ini mulai disosialisasikan kepada petani. Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sleman, Slamet Riyadi Martoyo, Kamis mengatakan cara tanam padi hemat air ini melalui pola pengairan yang tidak menggenangi sawah dengan air melimpah dan mengatur jarak tanam bibit padi. "Dalam pola penanaman padi hemat air, sawah tidak diairi air sampai menggenang tapi cukup seadanya dan untuk tanam benih sistem satu lobang satu benih dengan jarak tanam 10-25 cm," katanya. Menurut dia, dengan pola satu lobang satu benih maka padi tetap dapat tumbuh subur serta tidak perlu air yang banyak. Produktivitas 11 ton/hektar Dalam uji coba di wilayah Kecamatan Purwomartani ternyata pola tanam padi hemat air tetap memiliki produktivitas tinggi sekitar 11 ton/hektar atau hampir sama dengan pola tanam konvensional selama ini, katanya. Ia mengatakan untuk musim kemarau 2008 sebagai percontohan akan diujicobakan penerapan sistem tanam padi hemat air ini di wilayah Kecamatan Godean, Prambanan, Kalasan, Minggir, Sayegan Ngemplak. "Kami harapkan dengan pola seperti itu kawasan pertanian yang terancam kekeringan di musim kemarau dapat diantisipasi dan petani setempat tetap bisa menanam padi,"katanya. Menurut dia, antisipasi musim kemarau,pihaknya saat ini membantu wilayah area pertanian yang kekurangan air dengan pemasangan pipa pengairan serta pemberian 72 unit pompa air untuk menyedot ait dari sumur dangkal yang ada di sawah atau ladang. "Kami juga memberikan bantuan perpipaan untuk perkebunan salak pondoh di wilayah Kecamatan Turi yang saat ini mengalami kekeringan,"katanya. Pada kesmepatan itu, ia mengharapkan agar para petani kembali menggunakan pupuk organik yang berimbang dengan pupuk kimia karena pertimbangan kondisi persawahan di wilayah Sleman sudah kritis akibat penggunaan pupuk kimia berlebihan. "Kami meminta para petani agar tidak menjual jerami maupun pupuk kandangnya tapi dikembalikan ke sawah untuk revitalisasi kesuburan tanah yang saat ini sudah mulai kritis," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008