Sangatta, Kalimantan Timur, (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyaksikan latihan aksi tempur laut di perairan di sekitar Pulau Sangatta, Kalimantan Timur, Minggu. Presiden, yang mengenakan pakaian dinas Korps Marinir TNI Angkatan Laut, menyaksikan aksi tempur tersebut dari atas anjungan KRI Soeharso-990 bersama Panglima TNI Djoko Santoso, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Widodo AS, Menteri Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Kepala Polri Jendral Pol. Sutanto, Kepala BIN Syamsir Siregar dan para Kepala Staf Angkatan. Dalam aksi tempur laut yang merupakan bagian dari Latihan Gabungan TNI 2008 itu, tampak hadir pula anggota Komisi I DPR RI, mantan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, mantan KASAU Marsekal Erman Prayitno, serta Kapten Agus Harimurti (putra Presiden). Aksi tempur diawali dengan peluncuran roket anti-rudal dari KRI Nala dan KRI Fatahillah untuk melakukan serangan mendadak terhadap kapal selam musuh. Selanjutnya, kedua kapal perang Indonesia itu melakukan serangan mendadak ke kapal selam musuh dengan menembakkan senjata ASROC atau roket anti-kapal selam. Roket anti-kapal selam merupakan senjata strategis yang dimiliki KRI Fatahillah dengan jarak luncur 1.600 yard sampai 3.600 yard . Roket itu akan meledak di bawah permukaan laut pada kedalaman yang telah ditentukan. Sementara itu, KRI Cut Nyak Dien mengirimkan informasi tentang adanya empat kapal selam musuh. KRI Cut Nyak Dien, KRI Teuku Umar dan KRI Ciptadi menanggapi dengan melakukan serangan mendadak terhadap kapal selam musuh menggunakan senjata pemukul roket bom laut (RBU 6000). Ketiga kapal tersebut merupakan KRI tipe perusak kawal yang berfungsi sebagai anti-kapal permukaan, anti-kapal selam dan pertahanan udara, dilengkapi berbagai persenjataan seperti meriam kaliber 57 mm, senjata anti-kapal selam, roket bom laut (RBU 6.000), bom laut B-1, roket Strela serta meriam 30 mm dan 20 mm. Kapal tersebut dapat digunakan sebagai penyebar ranjau laut dengan dua rel peluncuran jauh. Terdapat pula KRI Layang dan KRI Hiu melakukan penghancuran sasaran musuh dengan peluru kendali C-802 dan Torpedo SUT dari kapal selam KRI Cakra. Target yang dijadikan sasaran tembak dalam hal ini adalah KRI Karang Galang, kapal perang TNI AL yang tidak lagi dioperasikan. Setelah melihat aksi tempur laut, Presiden menyakinkan serangan udara strategis yang melibatkan pesawat tempur TNI Angkatan Udara seperti F-16 Fighting Falcon, F-5E Tiger, Sukhoi SU-27SK dan SU-30MK, serta Hawk 109/209. Pesawat F-16 meluncurkan bom MK-82 sedangkan pesawat Sukhoi meluncurkan bom OFAB 100 untuk Serangan Udara Langsung (SUL). Secara keseluruhan, aksi tempur laut dalam latihan gabungan TNI 2008 melibatkan 340 kapal perang Indonesia, enam helikopter dan lima pesawat udara perang Indonesia dari Komando Armada RI Kawasan Barat dan Timur, dan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). Latihan gabungan bersandi "Yudha Siaga" diadakan di empat titik strategis yakni Sub Gladi Lapang Natuna, Batam (Kepulauan Riau), Singkawang (Kalimantan Barat) dan Sangatta (Kalimantan Timur) dan melibatkan 30.570 personel dari ketiga angkatan. Dalam kegiatan tersebut, diskenariokan negara asing "Sonora" melakukan invasi ke Indonesia melalui beberapa titik di daerah terluar Indonesia. Menyikapi itu, dalam latihan ini Presiden RI atas persetujuan DPR memutuskan untuk merebut kembali daerah-daerah yang telah berhasil diduduki musuh dengan membentuk Komando Tugas Gabungan (Kogasgab). Kogasgab lalu melaksanakan serangkaian Operasi Gabungan yakni Operasi Lintas Udara (Linud), Operasi Amfibi, dan Operasi Udara di Natuna serta Operasi Khusus sejumlah pasukan khusus dari ketiga angkatan darat, laut dan udara dilaksanakan di Batam. Selain itu Kogasgab juga melakukan Operasi Serangan Udara Langsung, dan Operasi Darat Gabungan di Singkawang serta Operasi Serangan Udara, Operasi Laut Gabungan, Operasi Lintas Udara, Operasi Amfibi, Operasi Pendaratan Administrasi dan Operasi Darat Gabungan di Sangatta.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008