Bandung (ANTARA News) - PT Pindad (Persero) optimistis dapat menyelesaikan 20 kendaraan panser pesanan pemerintah pada 2008, asalkan mesin-mesin yang dibuat pabrik Renault dari Prancis dapat didatangkan sesuai jadwal. Kalau target 20 panser itu bisa diselesaikan, dari 150 panser pesanan pemerintah untuk TNI Angkatan Darat, 130 panser akan diselesaikan pengerjaannya pada 2009, kata Direktur Produk Komersial Pindad, Wahyu Utomo, di Bandung, Selasa. Kepada para wartawan yang mengunjungi Pindad bersama Kepala Biro Humas Dephan Brigadir Jenderal TNI Slamet Haryanto, Wahyu Utomo menjelaskan bahwa 150 panser tersebut akan mencakup panser Komando, panser pengangkut pasukan serta ambulans. Berat satu panser berkisar antara 12 ton hingga 14 ton. Harga satu panser senilai Rp5,95 miliar namun harganya bisa naik menjadi Rp8 miliar bergantung pada peralatan tambahan yang harus disediakan. Ia mencontohkan panser Komando akan lebih mahal dari panser pengangkut pasukan karena dilengkapi dengan alat Global Positioning System (GPS), monitor yang dapat memantau dan mengendalikan pasukan serta alat komunikasi lainnya. Menanggapi keterangan Wahyu tersebut, Kepala Biro Humas Dephan Slamet Haryanto juga menyampaikan harapannya agar pabrik mesin Renault mengirimkan mesin tersebut tepat waktunya. "Percuma saja kalau kita bekerja keras di sini namun kemudian mesin-mesin panser itu tidak datang sesuai jadwal," kata Slamet. Direktur Produk Komersial Pindad juga mengatakan selain memproduksi panser, Pindad juga menghasilkan berbagai jenis senjata dan amunisi. Perusahaan yang berdiri 1808 dan kemudian berubah status menjadi BUMN pada 1983 telah mampu menghasilkan berbagai jenis senjata seperti senapan serbu 1 dan senapan serbu 2, senapan pelontar granat dan senapan bagi penembak jitu. Selain menghasilkan alat utama sistem senjata, maka Pindad juga memproduksi berbagai peralatan komersial seperti membuat pabrik minyak kelapa sawit, peralatan untuk kereta api serta berbagai komponen untuk galangan kapal PT PAL. Dalam kesempatan itu Wahyu menyampaikan keprihatinannya jika modal asing masuk ke dalam PT Persero Krakatau Steel di Cilegon Banten, karena bahan baku baja bisa dijual dengan harga yang benar-benar komersial. Pemerintah Indonesia memang telah menjajaki pemodal asing untuk berinvestasi di Krakatau Steel yang menghasilkan baja dan serta berbagai produk baja. "Kalau asing masuk maka perhitungan mereka pasti benar-benar komersial karena tujuan mereka memang mencari laba," kata Wahyu sambil mengharapkan Krakatau Steel agar mulai mengekspor produk mereka sehingga kapasitas terpasangnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga harga jualnya dapat ditekan. (*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008