Jakarta (ANTARA) - Masakan Indonesia masih terus dipromosikan ke mancanegara, salah satunya dengan membuat jamuan-jamuan makanan di luar negeri.

Mana yang lebih baik untuk mempromosikan makanan Indonesia, dalam bentuk fusion atau autentik?

Chef Yuda Bustara yang kerap bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia mengatakan masakan yang ia sajikan harus dalam bentuk autentik, tidak bisa dikreasikan menjadi hidangan fusion.

"Harus masak seautentik mungkin dan apa adanya karena saking autentik mereka suka, sebab mereka enggak pernah merasakan," ujar Yuda di konferensi pers Endeus Festival 2019, Jakarta, Jumat.

Baca juga: Ingin ke festival kuliner tanpa merasa begah? Ini kiatnya

Sementara pakar kuliner Sisca Soewitomo mengenang pengalamannya menyajikan opor ayam di luar negeri.

"Siapkan 600 pieces, habis. Antara enak atau lapar ya itu?" canda ahli kuliner yang dijuluki Ratu Boga Indonesia itu.

"Tapi memang enak," lanjutnya.

Sisca berpendapat sebenarnya sah-sah saja bila mempromosikan masakan Indonesia dalam bentuk hidangan fusion, yang penting ilmu dasar membuat masakan dalam bentuk autentik sudah dikuasai.

"Boleh saja, tapi kan harus sudah menguasai dua ilmu. Kalau sudah bisa, bukan main. Kalau (yang memasak berpendapat rasanya) oke, pasti yang lain juga menganggap oke."

Chef Saskyra Rosano punya pendapat senada dengan Sisca, fusion bukan masalah. Dia juga mengaku sering membuat masakan Barat dengan saus khas Indonesia yang rasanya lebih gurih.

Baca juga: Endeus Festival hadir untuk para pencinta makanan pada Oktober
 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019