Jakarta (ANTARA News) - Polisi harus dapat mengungkap desain skenario dari pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir, setelah Muchdi Pr menyerahkan diri, demikian Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI), Syamsuddin Radjab, di Jakarta, Sabtu. Menurut dia, Muchdi Pr yang menyerahkan diri ke polisi juga, dapat dikatakan sebagai pintu luar untuk mengungkap kematian tokoh yang getol membela masalah HAM tersebut. "Muchdi Pr itu hanya membuka pintu luar, untuk melihat adanya desain skenario yang sesungguhnya," katanya. Dirinya juga tidak menyetujui jika Muchdi Pr dijadikan sebagai sentral utama kasus pembunuhan itu, karena diyakini bahwa Muchdi itu bukan sentral utama atau pelaku utama dalam pembunuhan Munir. "Kasus pembunuhan Munir itu konspirasi hingga polisi harus benar-benar serius untuk mengungkapnya. Terlebih lagi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menyatakan untuk membuka kasus pelanggaran HAM," katanya. Ia juga mengkritisi pernyataan Kapolri, Jenderal Sutanto yang menyatakan kasus Muchdi itu merupakan pidana perorangan, karena tidak mungkin Muchdi melakukan tindakan perorangan melainkan pasti melibatkan institusi. "Logikanya Polycarpus yang ditempatkan dalam pesawat yang sama ditumpangi oleh Munir, itu kan sudah mendapatkan surat dari Badan Intelijen Negara (BIN)," katanya. Demikian pula dalam pengakuan sejumlah saksi dalam persidangan kasus Polycarpus itu menyebutkan masalah BIN. "Logikanya BIN terlibat dalam kasus Munir itu," katanya. Ia juga menyayangkan pernyataan pejabat tinggi di tanah air, yang menyatakan mantan Deputi V (Bidang Penggalangan) BIN itu, menyerahkan diri seolah-olah dengan kesadaran sendiri. "Para elit jangan menyamarkan seseorang sudah berperilaku baik, padahal sebenarnya ditangkap. Kalau benar sadar bersalah, seharusnya dari dulu menyerahkan diri," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008