Jakarta (ANTARA News) - Jurubicara Kepresidenan, Andi Mallarangeng, mengungkapkan turun-naiknya popularitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai hal yang bisa terjadi setiap waktu. "Polling itu naik dan turun, setiap saat bisa saja naik dan turun, terutama kalau habis kenaikan harga BBM atau bencana besar," kata Andi kepada wartawan di Istana Negara, Jakarta, Selasa, seusai pelantikan KSAL Laksdya TNI Tedjo Edhy Purdijatno. Menurut Andi, hal serupa juga terjadi pada saat pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM pada 2005. "Waktu itu juga mengalami penurunan, namun setelah tiga bulan kemudian naik lagi, kita juga mengantisipasi hal itu," katanya. Hal seperti itu, kata dia, adalah risiko yang harus diambil oleh seorang pemimpin. "Presiden itu seorang pemimpin, pemimpin harus mengambil keputusan walaupun berat untuk menyelamatkan negara dan ekonomi rakyat walaupun harus mengorbankan popularitasnya dan itu yang dilakukan Presiden Yudhoyono," katanya, seraya menambahkan Presiden Yudhoyono tidak takut popularitasnya turun. Andi juga mengatakan popularitas tak dapat hanya dilihat dari satu jajak pendapat. "Ada berbagai macam polling, Metro TV `rating`nya masih tetap yang teratas, mungkin ada polling-polling yang lain, ...apalagi sekarang banyak polling yang dilakukan secara teratur, tiga atau empat bulan sekali, jadi kita bisa lihat," katanya. Andi juga mengemukakan, jajak pendapat saat ini sangat beragam jenis metodologi dan teknik pengambilan sampelnya, sehingga tidak bisa hanya melihat dari satu fakta. "Biasanya saya melihat berbagai macam polling yang ada, kemudian kita melihat bagaimana kecenderungan dari berbagai macam polling itu," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008