Kendari (ANTARA News) - Sembilan orang korban penyerangan di kampus Universitas Haluoleo (Unhalu) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), pukul 18:15 Wita di Kendari, Kamis, kini dirawat intensif di Rumah Sakit Bhayangkara. Akibat penyerangan sekelompok orang menggunakan senjata tajam dan penutup wajah tersebut, sembilan korban mengalami luka-luka serius dan harus menjalani perawatan intensif. Kesembilan korban penyerangan itu yakni Herlan dan Edi santoso yang baru selesai mengikuti tes seleksi mahasiswa baru, La Udin pengendara ojek, Asriaman alumni Unhalu, Purwanto, Seniman alias Edo (bapak), Edi Santoso (anak), Doddi dan Abdul Gafur adalah pekerja PT Adi Karya yang sedang menyelesaikan proses pembangunan gedung di dalam kampus. Lima orang tersebut yang kesemuanya adalah pekerja, kini dirawat intensif di Rumah Sakit Bhayangkara Kendari dan luka terparah di alami Abdul Gafur yang dahinya sobek delapan sentimeter dan kepala samping kiri akibat tebasan samurai. Seniman alis Edo mengalami luka di bagian leher belakang yang terkena tebasan samurai sementara anaknya Edi Santoso mengalami luka ringan di kepala akibat pukulan kayu yang juga dialami La Udin. Doddi dan Edi Santoso (dua orang korban bernama sama) masing-masing mengalami luka sobek pada bagian tangan dan kaki akibat tebasan senjata tajam. Kelima pekerja tersebut masih harus menjalani perawatan intensif sementara tiga korban lainnya yang dilarikan ke Puskesmas Andounohu dan Rumah Sakit Prayoga yakni Herlan dan La Udin serta Asriawan sudah diperbolehkan pulang, sementara Purwanto dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kendari karena mengalami luka serius di bagian kepala dan leher. Seniman alias Edo menuturkan, dirinya bersama empat rekan pekerja lainnya yang tinggal di dalam kampus, hendak keluar membeli makanan untuk kebutuhan malam hari, namun secara tiba-tiba sekelompok orang mengepungnya dari segala arah, ketika dirinya berada 200 meter dari pemondokannya. Tanpa basa-basi kelompok yang menggunakan senjata tajam dan penutup muka tersebut langsung menyerangnya, pihaknya yang tidak menduga serangan tersebut tidak dapat berbuat banyak selain mencoba menyelamatkan diri dan berteriak, "jangan saya bukan mahasiswa, saya hanya tukang bangunan, Jangan." Namun, teriakan itu membuat dirinya semakin dikejar oleh kelompok tersebut sehingga leher bagian belakang terkena tebasan samurai, sementara tiga rekan lainnya yang salah satunya adalah anaknya (Edi Santoso) terlihat sudah tergeletak di tanah, pingsan. Di saat bersamaan, melintas kendaraan bermotor berboncengan menuju keluar kampus (Edi dan Herlan), namun ikut dihadang kelompok bertopeng, sehingga keduanya ikut dipukuli. Rekan pekerja lainnya yang mengetahui adanya penyerangan tersebut mencoba memberikan bantuan, namun jumlah mereka lebih sedikit di banding kelompok penyerang sehingga rekan Seniman, Purwanto harus mendapat jahitan di kepala bagian atas. Sementara rekan lainnya, mencari pertolongan sehingga semua korban penyerangan yang berlangsung cepat tersebut langsung dilarikan ke Puskesmas dan rumah sakit terdekat. "Saya yakin mereka mahasiswa dan tidak mabuk, sebab saat saya didekati mereka tidak berbau alkohol," ujarnya sambil memegangi kepalanya yang masih mengeluarkan darah. Aksi penyerangan sekelompok orang menggunakan penutup wajah yang diduga mahasiswa tersebut adalah aksi yang keempat kalinya terjadi di dalam kampus Unhalu, sehingga jumlah korban makin bertambah yang sebelumnya lima orang. Adanya penyerangan itu, membuat situasi kampus Unhalu semakin mencekam.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008