Jakarta (ANTARA News) - Dua figur mantan Presiden Indonesia, Gus Dur dan Soeharto, hadir dan menyapa penikmat seni yang menyaksikan pameran tunggal seniman muda Stefan Buana di Galeri Nasional, Jakarta, 9-20 Juli 2008. Kekaguman Stefan pada dua mantan pemimpin bangsa tersebut dituangkannya dalam karya lukisan yang unik. Ia bereksperimentasi dengan tekstur dan bahan, membubuhkan serbuk kayu pada kanvasnya, menciptakan lukisan relief yang disusun dari isi "stapler", serat benang katun, dan bahan sisa-sisa lempeng besi yang berat. Dalam karyanya berjudul "Gus Dur I" Stefan mewujudkan citra wajah Gus Dur lewat sebuah kuali hitam yang sudah menipis dan telah bertahun-tahun digunakan memasak. Ia memukul-mukuli periuk itu hingga gurat dan raut wajah Gus Dur terlihat sangat nyata. "Karya tersebut merupakan sebentuk salam hormat saya pada satu-satunya pemimpin bangsa Indonesia yang betul-betul mempedulikan perut rakyat jelata," katanya. Stefan secara khusus menjelaskan pandangannya terhadap Gus Dur yang dia sebaut sosok pembela rakyat. "Selain mewakili bentuk wajah Gus Dur yang bundar, kuali saya pilih juga sebagai perlambang periuk nasi rakyat," katanya. Pada bagian lain lukisannya, Stefan melukis Soeharto dalam karya berjudul "Peci Putih". Ia menata isi stapler yang berjumlah ratusan dan meletakkannya kuat-kuat dengan lem pada kanvas. Semuanya kemudian dilapisi akrilik putih, membuat gambaran wajah itu tampak samar. Susunan abstrak stapler itu juga menyiratkan bentuk pola-pola tubuh manusia dalam ukuran kecil yang bergelimpangan dan berserakan yang kemudian bila dilihat secara keseluruhan akan membentuk wajah sang penguasa Orde Baru. "Kekaguman saya tentang Soeharto, terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, dia adalah penguasa terlama di Indonesia. Kepemimpinannya yang otoriter dan kekuasaannya yang berlangsung lama saya simbolkan dengan peci putih dan ratusin butir isi stapler yang saya tebar di kanvas," katanya. Stefan Buana adalah seniman kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, 27 Februari 1971. Ia mengenyam pendidikan seni di Institut Seni Indonesia (ISI) YOgyakarta pada kurun waktu 1993-2003. Stefan telah melakukan berbagai pameran tunggal dan bersama sejak 1994. Penggemar motor gede Harley Davidson itu selalu mencari gaya baru dan tema-tema yang relevan dalam karyanya. Pameran tunggal Stefan pada 2006 di Taman Budaya Yogyakarta mengangkat motif parang rusak dari tradisi batik untuk menggambarkan penghancuran oleh tsunami, gempa bumi, dan gunung meletus. Pameran tunggal di Galeri Nasional kali ini selain menampilkan lukisan, juga menghadirkan beberapa patung dari bahan lempeng besi. Kali ini dia mengangkat tema-tema politik, sosial, lingkungan, yang sebagian besar disimbolkan lewat bentuk binatang seperti harimau, gajah, dan kuda. Karya-karya Stefan telah dikenal dan dikagumi peminat seni di Indonesia dan luar negeri. Sebagian besar orang tertarik karena eksplorasi bahan lukisan yang digunakan. Seorang profesor dari Departemen Goldsmiths Universitas London, Terry Rosenberg pernah mengunjungi Stefan dan mengungkapkan kekagumannya pada eksplorasi bahan material lukisan-lukisannya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008