Sydney (ANTARA) - Dalam menghadapi perlambatan domestik dan berlanjutnya ketidakpastian internasional, bank sentral Australia telah memangkas suku bunga acuan untuk ketiga kalinya tahun ini, ke rekor terendah baru hanya 0,75 persen.

Mengutip isu-isu seperti kekeringan yang sedang berlangsung di Australia, pertumbuhan rendah upah dan pengeluaran konsumen yang lemah, Gubernur Reserve Bank of Australia (RBA) Philip Lowe mengatakan pada Selasa bahwa ketegangan perdagangan AS-China juga telah menjadi faktor utama dalam "pengumuman hari ini."

"Sementara prospek ekonomi global tetap masuk akal, risikonya miring ke penurunan," katanya.

"Perselisihan perdagangan dan teknologi AS-China memengaruhi arus perdagangan dan investasi internasional karena bisnis mengurangi rencana pengeluaran akibat meningkatnya ketidakpastian."

"Pada saat yang sama, di sebagian besar negara maju, tingkat pengangguran rendah dan pertumbuhan upah meningkat, meskipun inflasi tetap rendah."

Terperangkap oleh pertumbuhan perdagangan internasional yang lambat selama 12 bulan terakhir, PDB Australia naik hanya 1,4 persen selama tahun keuangan hingga Juni 2019.

Menurut dewan RBA, kelemahan dalam perdagangan ini juga mengalir ke produksi pabrik Australia, yang pada dasarnya mengerem tingkat produksi industri nasional.

Sementara Lowe menyatakan bahwa dia percaya ekonomi Australia kemungkinan akan membaik dalam beberapa bulan mendatang, dengan pemotongan pajak baru-baru ini, belanja infrastruktur yang berkelanjutan, tanda-tanda stabilisasi di beberapa pasar perumahan yang sudah mapan, dan pandangan yang lebih cerah untuk sektor sumber daya.

"Adalah masuk akal untuk mengharapkan bahwa periode panjang suku bunga rendah akan diperlukan di Australia untuk mencapai lapangan kerja penuh dan mencapai target inflasi," katanya.

Baca juga: Pasar saham Australia turun setelah bank sentral tahan suku bunga

Baca juga: Australia pangkas suku bunga acuan ke level terendah 1,25 persen

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019