Jakarta, (ANTARA News) - Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) mempersiapkan mantan Danjen Kopasus dan mantan Pangkostrad Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 dan persiapan Gerindra semakin serius setelah Prabowo mundur dari Partai Golkar. "Kami sudah resmi mencalonkannya sebagai presiden sejak 12 Juli 2008 dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 1.200 orang," kata Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi di Jakarta, Senin beberapa saat setelah Prabowo mengumumkan dirinya keluar dari Golkar. Gerinda secara resmi telah ditetapkan sebagai peserta Pemilu 2009 dan dalam pengundian nomor urut, Gerinda memeperoleh nomor 5 dari 34 partai peserta Pemilu 2009. Namun dia mengakui, pencalonan itu masih tergantung kesiapan Prabowo. Tetapi pencalonan itu diputuskan Gerindra karena Prabowo dinilai memiliki kemampuan dan memiliki peluang pada Pilpres 2009. Sebelumnya, Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Prabowo Subianto mengungkapkan, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) memang meminangnya untuk kemungkinan maju dalam rivalitas Pemilihan Presiden (Pipres) 2009. "Tokoh-tokoh Gerindra memang sejak awal selalu mendesak saya untuk bergabung dan mereka berkali-kali menyatakan ingin mengusung saya," kata Prabowo. Lebih kapitalis Prabowo mengemukakan, dasar berpikir atau platform Partai Gerindra memang dekat dengan cita-cita dan pandangannya mengenai ekonomi kerakyatan serta kembali ke Pasal 33 UUD 1945 versi 18 Agustus 1945. "Rohnya UUD 1945 harus ditegakkan. Kita kehilangan arah. Kita lebih kapitalis dari negara-negara kapitalis," katanya. Dia menyatakan, kapitalis di Indonesia tumbuh tidak terkendali. Pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati segelintir orang. "Ini yang akan kita perbaiki. Gerindra memiliki platformnya yang jelas dan tegas," katanya. Mengenai keinginan Partai Gerindra mencalonkan dirinya sebagai presiden, Prabowo mengemukakan, dirinya masih akan melihat perkembangan dan dinamika politik mendatang. "Marilah kita lihat perkembangan dinamika politik. Tentunya, kalau ada respons dan dukungan riil, setiap warga negara harus menanggapi sebagai panggilan tugas. Tetapi kalau tidak ada dukungan dan respons, saya akan realistis," katanya. Jika dukungan yang diperolehnya tidak signifikan, maka dia bisa berjuang bagi bangsa dan rakyat melalui forum lainnya. "Ini bukan keinginan pribadi. Jika masyarakat menghendaki, warga negara harus mau. Kalau dukungannya kecil ,untuk apa," katanya. Dia menyatakan, sikapnya itu bukan soal ingin atau tidak ingin dicalonkan atau mencalonkan, tetapi lebih merupakan jawaban terhadap keinginan masyarakat. Kalau rakyat memang menghendaki, maka harus direspons secara baik. "Kita akan lihat dinamika perkembangan politik. Saya akan jawab respon dari masyarakat," katanya. Mengenai pengunduran dirinya dari Golkar, Prabowo menjelaskan, keputusan itu sebenarnya berat. Dengan pewngunduran diri itu, dirinya harus melepaskan hubungan politik dengan pendukungnya baik di DPP Golkar maupun di DPD-DPD Golkar. "Hubungan saya dengan JK(Ketua Umum Golkar, red) itu baik sekali. Keputusan ini sebenarnya berat bagi saya. Saya dulu di tentara, saya tahu Golkar yang mendirikan adalah tentara," katanya. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008