Banda Aceh, (ANTARA News) - Kalau sekawanan gajah mengamuk, maka manusia menyebutnya sebagai mengacau ketentraman hidup. Padahal, bumi ini tercipta bagi semua makhluk, tanpa terkecuali, dari manusia sampai satwa sekali pun. Ini warta dari kawanan gajah yang mengobrak-abrik tanaman perkebunan milik masyarakat di Desa Pantee Kuyun dekat SP-II Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Pate, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya. Iskandar Musa, salah seorang tokoh masyarakat Sampoiniet di Banda Aceh, Selasa, menyebutkan kawanan gajah yang berjumlah sekitar 20 ekor itu bukan saja mengobrak-abrik tanaman karet, pisang dan kelapa sawit tetapi menyerang petani yang tinggal di sekitar areal perkebunan mereka. Gangguan satwa liar dilindungi itu di kawasan tersebut merupakan kali ketiga sepanjang tujuh bulan terakhir, setelah sebelumnya berhasil dihalau masyarakat ke habitatanya secara tradisional, namun kini telah muncul kembali. Upaya pengusirannya telah dilakukan tapi tidak berhasil. Menurut Iskandar Musa, kawanan gajah tersebut mulai muncul kembali sekitar empat hari lalu, sehingga tanaman perkebunan penduduk telah habis dirusak, terutama jenis tanaman pisang, kelapa sawit, mahoni dan karet, sehingga para petani terpaksa menelantarkan kebunnya karena merasa terancam diserang satwa liar dilindungi ini. "Selama empat hari terakhir ini sudah tiga orang dikejar, namun berhasil menyelamatkan diri," katanya. Sementara itu Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Andi Basrul tidak berhasil dihubungi, namun sebelumnya menyebutkan kawasan perkebunan sawit Patek, sekitar 120 KM sebelah barat Banda Aceh akhir-akhirnya sering dikunjungi kawanan gajah karena habitatnya terganggu diduga akibat masih maraknya ilegal logging. Upaya menghalau kehabitatnya dianggap kurang efektif kalau aksi ilegal logging masih marak, sedangkan operasi penangkapan juga terkendala dana. Gajah turun hingga ke permukiman penduduk karena habitatnya sudah terganggu dengan suara bising mesin pemotong kayu sehingga persediaan makanan berkurang. Menurut Andi Basrul, gajah sumatera membutuhkan ketersediaan makanan yang cukup di habitatnya. Setiap ekor gajah dewasa membutuhkan antara 200 -300 kilogram biomassa perhari. "Yang jelas, kalau gajah sudah turun ke permukiman penduduk, itu menandakan habitatnya dikawasan itu mulai terganggung dengan aktivitas manusia, termasuk kegiatan illegal logging," demikian Andi Basrul. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008