New York, (ANTARA News) - Harga minyak turun tajam pada perdagangan Kamis waktu setempat atau Jumat pagi WIB, untuk kali ketiga hari berturut-turut di tengah prospek pelambatan pertumbuhan ekonomi yang akan mengurangi permintaan minyak mentah, kata para pedagang. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Agustus, turun tajam 5,31 dolar AS menjadi ditutup pada 129,29 dolar AS per barrel. Harga minyak telah jatuh lebih dari 15 dolar AS sejak Senin lalu. Di London, kontrak minyak mentah jenis Brent North Sea untuk pengiriman September jatuh 5,12 dolar AS menjadi mantap pada 131,07 dolar AS per barrel. Minyak mentah Brent yang kontrak Agustusnya berakhir Rabu, turun 2,56 dolar AS pada 136,19 dolar AS. Analis Sucden, Nimit Khamar, mengatakan didukung oleh fundamental kuat dari pasokan dan permintaan dalam jangka panjang. Namun, ia menambahkan: "Dalam jangka pendek, di sana ada kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi global." Harga minyak ambruk sejak mencapai rekor tertinggi di atas 147 dolar AS Jumat lalu, dan turun dengan cepat pada Rabu, setelah cadangan minyak mentah AS naik lebih besar daripada perkiraan pasar, kata para analis. Menurut analis Barclays Capital, David Woo, penurunan pada Rabu, sebagian besar didorong oleh kenaikan tak terduga stok bensin dan minyak di AS. Cadangan minyak mentah AS naik 3,0 juta barrel dalam pekan yang berakhir 11 Juli, menyingkirkan ekspektasi pasar turun 2,2 juta barrel. "Laporan cadangan minyak itu secara esensial mengindikasikan permintaan minyak di AS sangat menurun," kata Victor Shum, seorang analis konsultan energi Purvin and Gertz yang berbasis di Singapura. Para pedagang juga memantau perkembangan di Timur Tengah, setelah perubahan kebijakan diplomasi AS terhadap Iran yang diumumkan Selasa, yang kemungkinan akan berpengaruh terhadap pasar minyak, kata para analis. Amerika Serikat mengatakan sedang mengirimkan wakil menteri luar negeri William Burns untuk pembicaraan nuklir pada Sabtu antara negosiator nuklir Iran, Saeed Jalili, dan ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa, Javier Solana. AS dan kekuatan utama lainnya telah menuduh Iran sedang mengembangkan program nuklir yang mereka duga bertujuan untuk membuat senjata. Iran telah berulang kali menolak permintaan PBB untuk menghentikan pengayaan uraniumnya, dan bersikukuh bahwa kegiatannya eksklusif bertujuan untuk memproduksi energi (pembangkit listrik). Iran adalah produsen minyak mentah terbesar keempat di dunia dan ketegangan terhadap program nuklirnya membantu mendorong harga minyak ke rekor tertinggi pekan lalu. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008