Yogyakarta (ANTARA News) - Proses pembodohan politik yang terus menerus dilakukan oleh berbagai lembaga politik memunculkan apatisme rakyat terhadap segala produk yang dihasilkan oleh lembaga politik. "Proses pembodohan terus terjadi, misalnya dengan memasukkan artis untuk menjadi kader politik. Di sisi lain, rakyat juga semakin kritis karena ada proses pendewasaan politik," kata pemerhati politik dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) , Stefanus Nindito MSi, di Yogyakarta, Sabtu. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di UAJY tersebut juga menyatakan bahwa figur yang dimunculkan oleh lembaga politik sudah tidak lagi menjamin mereka untuk mendapat banyak suara dari masyarakat. "Rakyat sudah tidak lagi peduli apakah figur itu terkenal atau tidak. Jika memakai bahasa anak muda sekarang, figur-figur itu telah mengalami narsisme politik," ujarnya. Nindito berpendapat, narsisme yang dilakukan elit politik tersebut justru terkesan membodohi masyarakat karena lebih menonjolkan diri sendiri, bukan program yang akan diusung. "Rakyat membutuhkan visi dan misi serta program-program apa saja yang sudah dan akan dilakukan, bukan kata-kata untuk mempopulerkan diri sendiri," katanya. Secara keseluruhan, Nindito menyatakan, proses sosialisasi politik mengalami disorientasi atau tidak fokus pada substansi sosialisasi politik yang diharapkan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008